Urgensi Tauhiullah dalam Kehidupan
Dalah satu ajaran pokok yang ada dalam agama kita adalah ajaran tauhid. Kurang lebih tiga belas tahun ajaran tauhid ini ditegakkanoleh Rosulullah SAW pada periode Makkah, menunjukkan betapa pentingnya ajaran tauhid ini harus tertanam dalam jiwa kita. Dan kita tahu, inti dari ajaran tauhid itu adalah akrar syahadatain; Ashadu anal ilaha illaLlah, wa ashadu anna muhammadar rasulullah; yang mengandung pengertian tidak ada tuhan selain Allah dan penyaksian bahwa Muhammad SAW adalah utusan Allah.
Pengakuan bahwa Allah sebagai tuhan sekurang-kurangnya diyakini dua agama besar di dunia ini selain islam, yaitu Kristen dan Yahudi meskipun dengan penafsiran yang sangat berbeda dengan penafsiran agama islam. Akan tetapi pangakuan bahwa Muhammad adalah utusan Allah dan sebagai Rasulullah hanyalah diakui oleh Islam saja.
Ajaran tauhidullah yang terkandung dalam kalimat La illaha illaLlah bukan hanya merupakan pengakuan bahwa Allah sebagai pencipta saja, sebab orang musyrikin jahiliah dulu juga mengakui itu.(Q.S. Al Ankabut).
Wa lain saaltahum man khalaqos sanawati wal ardla wa sakkharas syamsa wal qamara layaqulannallahu fa anna yu’ fakun” yang artinya : dan sesungguhnya jika kamu tanyaka kepda mereka: siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukan matahari dan bulan? Tentu mereka akan menjawab Allah. Maka, mengapa mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar).
Ketika ditanya kepada mereka, siapa yangmenciptakan siang dan malam, mereka menjawab Allah. Siapa yang menurunkan hujan, mereka menjawab Allah. Dan siapa yang menciptakan menusia dengan hidup dan matinya, maka mereka juga menjawab dangan cepat Allah. Namun mengapa mereka masih menyandang predikat musyrik?
Ternyata pertanyaan dari Al Qur’an selanjutnya yang membuat mereka tersudut. “kalau memang kalian mengatakan bahwa yang Maha Pencipta itu adalah Allah, yang Maha Menghidup-matikan itu Allah, lalu mengapa kalian menyembah pada batu-batu, menyembah pada patung-patung yang kalian buat sendiri?” mengapa kalian percaya bahwa batu-batu itu memiliki keuatan ? mereka terpojok dan berkata “ kami percaya dan menyembah batu ini hanyalah sebagai media untuk mendekatkan diri kepada Allah:.
Ajaran tauhidullah menolak pengakuan mereka yang plin-plan itu. Mereka yang mengakui bahwa Allah sebagai Tuhan yang pantas disembah, tetapi tetap saja mereka menyembah berhala, atau percaya pada patung-patung itu seakan-akan memiliki kekuatan.
Seperti halnya beberapa waktu yang lalu kita dikejutkan dengan adanya fenomea seorang bocah yang mampuh menyembuhkan berbagai penyakit hanya dengan menggunakan media batu, sehingga banyak pasien yang berobat tidak lagi berifikir logis. Mereka mempercayai kekuatan batu tersebut melebihi kekuatan Allah, yang akhirnya menjurus pada prilaku musyrik.
Kaliamat tauhidullah (la illaha illaLlah) pada dasarnya bukan hanya bermakna “la ma’buda illaLlah” (tidak ada yang patut disembah kecuali Allah), tetapi juga bisa bermakna “la mahbuba illaLlah” ( tidak ada yang patut dicintai kecuali Allah). Jadi, artinya ketika kita mencintai seseorang atau benda, kita harus menyadar bahwa kecintaan kita itu hendaklah berada di bawah kdar kecintaan kits terhdap Allah.
Bahkan di dalam Al Qur’an disebutkan bahwa la illaha illaLlah juga bermakna “wa lam yakhsya illaLlah” (tidak ada yang patut ditakuti kecuali Allah). Rasa takut atau rasa gentar terhadap seseorang atau terhadap benda sekalipun, hendaknya tidak mengalahkan rasa takut kita kepada Allah.
Begitulah ajaran tauhid ini sejatinya mengental di dalam jiwa kita. Berjalan melalui aliran darah kita, berdetak mengiringi detak jantung kita. Sehingga prilaku yang tampil dalamkeseharian kira juga menunjukkan nilai-nilai tauhid dalam bidang apapun kita bergerak.
Dalam bidang ekonomi, misalnya: inplementasi ajaran tauhidullah ini dapat kita wujudkan dengan keyakinan antara lain bahwa “ tidak ada yang maha memiliki dan menguasi harta brnda kecuali Allah” kita hanya mempunyai hak pakai, sedangkan hak milik seutuhnya ada dalam genggaman Allah. Jika ini sudah kita sadari, maka kita akan berkeyakinan bahwa di dalam harta benda kita ada hak social, ada hak anak yatim, ada hak fakir miskin dan ada hak para buruh/pegawai kita yang harus kita penuhi dengan cara yang baik.
Ajaran tauhidullah juga tercermin dalam sika dan pandangan politik atau keuasaan. Yaitu bahwa kekuasaan yang ada, dan yang akan kita jalankan pada hakekatnya hanyalah titipan dan amanah Allah SWT.
Di dalam Ali Imran ayat 26 Allah berfirman: yang artinya : katakanlah wahai Tuhan yang mempunyai kekuasaan, engkau beri kekuasaan pada orang yang engkau kehendaki dan Engkau canut kekuasaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engakau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Ditanganmulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Sangat mudahlah bagi Allah menjadikan kita sebagai penguasa atau pejabat, sama mudahnya ketikan Allah ingin mengambilnya dari kita. Maka, orang-orang yang menjadaikan kekuasaan sebagai titipan dan amanat Allah, dia tidak akan mengalami stress, defresi atau bahakan gangguan kejiawaan ketika kekuasaan itu tidak lagi menjadi miliknya. Itu senua karena jiwanya yang selalu tenang dan menerima takdir Allah dengan lapanga dana dan keimanan.
Dalam hal motivasi dan niat, ajaran tauhidullah mengharuskan seluruh motivasi dan niat kita digantungkan penuh hanya kepada Allah. Apapun usaha kita, dimana pun kita bekerja, dibidang apapun itu, kalau pekerjaan kita dimotivasi oleh ridho Allah, tulus beribadah kepada Allah, maka itulah yang dikehendaki oleh nilai-nilai tauhid. Boleh dsaja kita bekerja dengan motivasi menyenangkan orang, tetapi bukan kita harus menjilat, lalu tida bertangguang jawab atau bahkan mencari keuntungan pribadi. Di dalam al isra’ ayat 84: qul kullun ya’malu ‘ala syakilaithi farabbukum a’lamu biman huwa ahda sabila” artinya: katakanla; tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebuh benar jalannya”.
Itulah sekelumit urgensi ajaran tauhidullah dan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Barulah kita sadar mengapa Rasulullah sampai harus berjuang tiga belas tahun untuk meletakkan dasar-dasar tauhidullah ini kepada bangsa Arab ketika itu khususya, dan umat islam pada umumnya.
Mari kita instropeksi diri agardalam kehidupan kia di bidang apa saja kita bergerak dan bekerja, jangan pernah duakan Allah, jangan pernah berpaling dari Allah, sebab:
la illaha illaLlah, bermakna tidak ada yang Maha Mencipta kecuali Allah.
La illaha illaLlah, bermakna tidak ada yang patut disembah kecuali Allah.
La illaha illaLlah bermakna tidak ada yang maha berkuasa kecuali Allah.
La illaha illaLlah bermakna tidak ada yang menentukan baik dan buruk kecuali Allah.
La illaha illaLlah bermakna tiadak ada yang patut ditakuti kecuali Allah.
La illaha illaLlah bermakna tidak ada yan menentukan hidu-mati kecuali Allah.
Ajaran tauhidullah ini akan menolak segala sesuatu yang dilakukan dengan tidak mengikutsertakan Allah. Itulah perbuatan maksiat namanya. Maka, ketika berbuat maksiat, sangat dikhawatirkan Allah berpaling dari diri dan kehidupan kita. Mari kita simak sebuah hadits yang muda-mudahan mengugah kesadaran kita untuk menjauhi perbuatan maksiat dalam kehidupan kita. Rasulullah SAW bersabda ;
La yazniz zani hina yazni wa huwa mu’minun. Wa la yasrizus sariqu hina yasriqu wa huwa mu’minun”. Artinya : “tidak berzina seorang pezina itu kecuali ketika berzina mereka tidak beriman. Tidaklah seorang pencuri itu mencuri kecuali ketika mereka mencuri iman mereka diangkat oleh Allah”.
Dengan tafsiran yang sangat sederhana, kita bisa mengatakan bahwa [ada saat seeseorang beraktifitas dengan kemaksiatan, seperti berzina, mencuri, korupsi dan lain-lain, maka pada saat itu iman tersebut sedang tercerabut dari sanubarinya. Lalu, bagaiman kalau pada saat mereka melakoni kemaksiatan itu, mereka jauh dari Allah, jauh dari pesan tauhis, dan pada saat itu mereka meninggal dunia? Na’udzu billahi min dzalik. Padahal Allah senantiasa mengingatkan kita, seperti terekam dalam QS.Ali Imran ; 102; ya ayyuhalladzina amanuttaqullaha haqqo tuqotti wa la tamuunna illa wa antum muslimun. Artinya : “hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa. Dan janganlah kamu sekali-kali mati melainkan dalam keadaan beragama islam:.
Mudah-mudahan kita terhindar dari kematian yang tidak nilai-nilai dari ajaran tauhid. Amiiieee…….
No comments:
Post a Comment