hari telah berganti
tak bisa ku hindari
tibalah saat ini
bertemu dengannya
*courtesy of LirikLaguIndonesia.net
jantungku berdegup cepat
kaki bergetar hebat
akankah aku ulangi
merusak harinya
reff:
mohon tuhan untuk kali ini saja
beri aku kekuatan
tuk menatap matanya
mohon tuhan untuk kali ini saja
lancarkanlah hariku
hariku bersamanya
hariku bersamanya
kau tahu betapa aku
lemah di hadapannya
kau tahu berapa lama
aku mendambanya
repeat reff
tuhan tolonglah (hari bersamanya)
tuhan tolonglah (hari bersamanya)
repeat reff
hari bersamanya, hari bersamanya
hari bersamanya, hari bersamanya
hari bersamanya, hari bersamanya
hari bersamanya, hari bersamanya
oh tuhan tolonglah (hari bersamanya)
tuhan tolonglah (hari bersamanya)
Labels
- administrasi keuangan (5)
- akuntansi (3)
- belajar bahasa Inggris (1)
- CPNS (4)
- ekonomi kecil (12)
- Ekonomi SMA (14)
- healthy (2)
- Kurikulum 2013 (1)
- nonton TV (1)
- organisasi (3)
- SMK N 1 Lempuing Jaya (1)
- SNMPTN 2013 (3)
- Software (3)
- song lyrics (3)
- strategi pembelajaran (8)
- tausiah agama islam (2)
- tokoh motivasi (1)
Thursday, 11 November 2010
Tuesday, 26 October 2010
strategi pembelajaran kreatif produktif
ABSTRAK
Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Kreatif Produktif Terhadap Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi di Madrasah Aliyah Negeri 3 Palembang. (Novita Lestari, 2010:60 halaman)
Penelitian ini berjudul ”Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Kreatif Produktif Terhadap Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi di Madrasah Aliyah Negeri 3 Palembang”. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh penerapan strategi pembelajaran kreatif produktif terhadap pemahaman siswa pada mata pelajaran ekonomi di Madrasah Aliyah Negeri 3 Palembang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh penerapan strategi pembelajaran kreatif produktif terhadap pemahaman siswa pada mata pelajaran ekonomi di Madrasah Aliyah Negeri 3 Palembang. Dalam penelitian ini menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas X di Madrasah Aliyah Negeri 3 Palembang yang berjumlah 8 kelas. Teknik pengambilan sampel dengan cara Cluster Sampling yang setelah diundi didapat kelas XC sebagai kelas eksperimen dan kelas XB sebagai kelas kontrol. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan tes. Observasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas siswa selama penerapan strategi pembelajaran kreatif prouktif, sedangkan metode tes digunakan untuk mengumpulkan data mengenai hasil belajar siswa setelah penerapan strategi kreatif produktif. Statistik yang digunakan untuk membuktikan hipotesis adalah statistik uji-t . Berdasarkan analisis data yang dilakukan didapat nilai t hitung = 2,61 dan t tabel 1,998 (t hitung = 2,61 > t tabel = 1,998) sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Hasil uji korelasi juga menunjukkan adanya pengaruh strategi pembelajaran kreatif produktif terhadap hasil belajar siswa pada materi uang sebesar 0,23619 = 23,619 %. Dengan demikian,hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima bahwa ada pengaruh penerapan strategi pembelajaran kreatif produktif terhadap pemahaman siswa pada mata pelajaran ekonomi di Madrasah Aliyah Negeri 3 Palembang. Ini berarti 76,381% ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemahaman siswa siswa sehingga masih diperlukan strategi-strategi lain yang bisa menunjang siswa dalam memahami materi pelajaran, juga guru yang mengajar harus aktif.. Oleh karena itu, disaran bagi guru agar dapat menerapkan strategi pembelajaran kreatif produktif dalam proses pembelajaran.
Kata Kunci : Strategi Pembelajaran Kreatif Produktif dan Pemahaman Siswa
Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Kreatif Produktif Terhadap Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi di Madrasah Aliyah Negeri 3 Palembang. (Novita Lestari, 2010:60 halaman)
Penelitian ini berjudul ”Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Kreatif Produktif Terhadap Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi di Madrasah Aliyah Negeri 3 Palembang”. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh penerapan strategi pembelajaran kreatif produktif terhadap pemahaman siswa pada mata pelajaran ekonomi di Madrasah Aliyah Negeri 3 Palembang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh penerapan strategi pembelajaran kreatif produktif terhadap pemahaman siswa pada mata pelajaran ekonomi di Madrasah Aliyah Negeri 3 Palembang. Dalam penelitian ini menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas X di Madrasah Aliyah Negeri 3 Palembang yang berjumlah 8 kelas. Teknik pengambilan sampel dengan cara Cluster Sampling yang setelah diundi didapat kelas XC sebagai kelas eksperimen dan kelas XB sebagai kelas kontrol. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan tes. Observasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas siswa selama penerapan strategi pembelajaran kreatif prouktif, sedangkan metode tes digunakan untuk mengumpulkan data mengenai hasil belajar siswa setelah penerapan strategi kreatif produktif. Statistik yang digunakan untuk membuktikan hipotesis adalah statistik uji-t . Berdasarkan analisis data yang dilakukan didapat nilai t hitung = 2,61 dan t tabel 1,998 (t hitung = 2,61 > t tabel = 1,998) sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Hasil uji korelasi juga menunjukkan adanya pengaruh strategi pembelajaran kreatif produktif terhadap hasil belajar siswa pada materi uang sebesar 0,23619 = 23,619 %. Dengan demikian,hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima bahwa ada pengaruh penerapan strategi pembelajaran kreatif produktif terhadap pemahaman siswa pada mata pelajaran ekonomi di Madrasah Aliyah Negeri 3 Palembang. Ini berarti 76,381% ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemahaman siswa siswa sehingga masih diperlukan strategi-strategi lain yang bisa menunjang siswa dalam memahami materi pelajaran, juga guru yang mengajar harus aktif.. Oleh karena itu, disaran bagi guru agar dapat menerapkan strategi pembelajaran kreatif produktif dalam proses pembelajaran.
Kata Kunci : Strategi Pembelajaran Kreatif Produktif dan Pemahaman Siswa
Thursday, 21 October 2010
Azza rhoma irama
azza
Azza… azza… azza…
Azza azza azza
Azza azza azza
Ku rasakan kasihmu
Sungguh ku rasakan
Ku rasakan sayangmu
Sungguh ku rasakan
Ku rasakan cintamu
Azza…
Apa yang aku minta
Engkau memberikan
Dan apa yang aku dambakan
Engkau menuluskan
Apa yang aku mau
Engkau sediakan
Dan apa yang aku harapkan
Engkau menjanjikan
liriklagu-top.blogspot.com
Azza azza azza
Azza azza azza
Azza
Adakah yang sebaik dia
Adakah yang sebijak dia
Adakah yang setulus dia
Adakah yang seikhlas dia
Adakah
Adakah…
Azza azza azza
Azza azza azza
Ku rasakan kasihmu
Sungguh ku rasakan
Ku rasakan sayangmu
Sungguh ku rasakan
Ku rasakan cintamu
Azza…
Bila aku bersedih
Engkau menghiburkan
Apabila aku merana
Engkau bahagiakan
Bila aku bersalah
Engkau memaafkan
Apabila aku terlena
Engkau menyadarkan
Azza azza azza
Azza azza azza
Azza
Azza azza azza
Azza azza azza
Azza
Azza azza azza
Azza azza azza
Azza
Azza… azza… azza…
Azza azza azza
Azza azza azza
Ku rasakan kasihmu
Sungguh ku rasakan
Ku rasakan sayangmu
Sungguh ku rasakan
Ku rasakan cintamu
Azza…
Apa yang aku minta
Engkau memberikan
Dan apa yang aku dambakan
Engkau menuluskan
Apa yang aku mau
Engkau sediakan
Dan apa yang aku harapkan
Engkau menjanjikan
liriklagu-top.blogspot.com
Azza azza azza
Azza azza azza
Azza
Adakah yang sebaik dia
Adakah yang sebijak dia
Adakah yang setulus dia
Adakah yang seikhlas dia
Adakah
Adakah…
Azza azza azza
Azza azza azza
Ku rasakan kasihmu
Sungguh ku rasakan
Ku rasakan sayangmu
Sungguh ku rasakan
Ku rasakan cintamu
Azza…
Bila aku bersedih
Engkau menghiburkan
Apabila aku merana
Engkau bahagiakan
Bila aku bersalah
Engkau memaafkan
Apabila aku terlena
Engkau menyadarkan
Azza azza azza
Azza azza azza
Azza
Azza azza azza
Azza azza azza
Azza
Azza azza azza
Azza azza azza
Azza
Sunday, 17 October 2010
pengaruh penerapan pembelajaran siklus (model siklus belajar) tehadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMAN 1 Indralaya.
ABSTRAK
Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Siklus terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 1 Indralaya.
Efran Hadi, 2010: 47 halaman.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran siklus terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 1 Indralaya. Metode penelitian dengan menggunakan pendekatan penelitian ekperimen, sehingga variabel penelitiannya adalah penerapan model pembelajaran siklus dan hasil belajar siswa. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang berjumlah 192 siswa. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 70 siswa yaitu kelas eksperimen sebanyak 35 siswa dan kelas kontrol juga 35 siswa yang dipilih dengan menggunakan teknik cluster sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan observasi pada setiap pertemuan selama tiga kali pertemuan. Teknik analisis data tes berupa mencari rerata hasil tes siswa dan teknik analisis data observasi yang berupa lembar observasi serta uji-t untuk menguji hipotesis. Hasil analisis data tes yang diproleh menunjukkan ada perbedaan mean antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 7,34 atau terjadi peningkatan sebesar 8,94%. Hal ini berarti ada pengaruh penerapan model pembelajaran siklus tehadap hasil belajar siswa. Hasil analisis observasi keaktifan mengalami peningkatan pada kelas eksperimen pada pertemuan 1, 2, dan, 3 yang meliputi keaktifan mental dan emosi, lisan , visual, seta keaktifan gerak. Adapun hasil perhitungan uji-t dengan taraf signifikansi 0,95 persen didapat thitung = 6,393 > ttabel=1,994. Apabila thitung>ttabel Ha diterima, berarti ada pengaruh penerapan model pembelajaran siklus tehadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi.
Kata kunci : model pembelajaran siklus, hasil belajar.
Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Siklus terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 1 Indralaya.
Efran Hadi, 2010: 47 halaman.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran siklus terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 1 Indralaya. Metode penelitian dengan menggunakan pendekatan penelitian ekperimen, sehingga variabel penelitiannya adalah penerapan model pembelajaran siklus dan hasil belajar siswa. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang berjumlah 192 siswa. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 70 siswa yaitu kelas eksperimen sebanyak 35 siswa dan kelas kontrol juga 35 siswa yang dipilih dengan menggunakan teknik cluster sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan observasi pada setiap pertemuan selama tiga kali pertemuan. Teknik analisis data tes berupa mencari rerata hasil tes siswa dan teknik analisis data observasi yang berupa lembar observasi serta uji-t untuk menguji hipotesis. Hasil analisis data tes yang diproleh menunjukkan ada perbedaan mean antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 7,34 atau terjadi peningkatan sebesar 8,94%. Hal ini berarti ada pengaruh penerapan model pembelajaran siklus tehadap hasil belajar siswa. Hasil analisis observasi keaktifan mengalami peningkatan pada kelas eksperimen pada pertemuan 1, 2, dan, 3 yang meliputi keaktifan mental dan emosi, lisan , visual, seta keaktifan gerak. Adapun hasil perhitungan uji-t dengan taraf signifikansi 0,95 persen didapat thitung = 6,393 > ttabel=1,994. Apabila thitung>ttabel Ha diterima, berarti ada pengaruh penerapan model pembelajaran siklus tehadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi.
Kata kunci : model pembelajaran siklus, hasil belajar.
Tuesday, 12 October 2010
Hakikat Teori Belajar Konstruktivisme
Teori BelajarKONSTRUKTIVISMESalah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan (Ruseffendi, 1988: 132).
Selanjutnya, Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar, 1989: 159) menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat (Ruseffendi 1988: 133). Pengertian tentang akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan ransangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu (Suparno, 1996: 7).
Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan, perkembangan kognitif itu sendiri merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan ketidak-seimbangan dan keadaan keseimbangan (Poedjiadi, 1999: 61).
Dari pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak.
Berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut pandangan konstruktivisme, Driver dan Bell (dalam Susan, Marilyn dan Tony, 1995: 222) mengajukan karakteristik sebagai berikut: (1) siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan, (2) belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa, (3) pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara personal, (4) pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas, (5) kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber.
Pandangan tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya. Belajar merupakan proses aktif untuk mengembangkan skemata sehingga pengetahuan terkait bagaikan jaring laba-laba dan bukan sekedar tersusun secara hirarkis (Hudoyo, 1998: 5).
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang berlangsung secara interaktif antara faktor intern pada diri pebelajar dengan faktor ekstern atau lingkungan, sehingga melahirkan perubahan tingkah laku.
Berikut adalah tiga dalil pokok Piaget dalam kaitannya dengan tahap perkembangan intelektual atau tahap perkembangan kognitif atau biasa juga disebut tahap perkembagan mental. Ruseffendi (1988: 133) mengemukakan; (1) perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang selalu terjadi dengan urutan yang sama. Maksudnya, setiap manusia akan mengalami urutan-urutan tersebut dan dengan urutan yang sama, (2) tahap-tahap tersebut didefinisikan sebagai suatu cluster dari operasi mental (pengurutan, pengekalan, pengelompokan, pembuatan hipotesis dan penarikan kesimpulan) yang menunjukkan adanya tingkah laku intelektual dan (3) gerak melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh keseimbangan (equilibration), proses pengembangan yang menguraikan tentang interaksi antara pengalaman (asimilasi) dan struktur kognitif yang timbul (akomodasi).
Berbeda dengan kontruktivisme kognitif ala Piaget, konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang (Poedjiadi, 1999: 62). Dalam penjelasan lain Tanjung (1998: 7) mengatakan bahwa inti konstruktivis Vigotsky adalah interaksi antara aspek internal dan ekternal yang penekanannya pada lingkungan sosial dalam belajar.
Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak (Poedjiadi, 1999: 63) adalah sebagai berikut: (1) tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi, (2) kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memcahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari dan (3) peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.
B. Hakikat Pembelajaran Menurut Teori Belajar Konstruktivisme
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa menurut teori belajar konstruktivisme, pengertahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.
Sehubungan dengan hal di atas, Tasker (1992: 30) mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut. Pertama adalah peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
Wheatley (1991: 12) mendukung pendapat di atas dengan mengajukan dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstrukltivisme. Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.
Kedua pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu pengetahuan melalui lingkungannya. Bahkan secara spesifik Hudoyo (1990: 4) mengatakan bahwa seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari kepada apa yang telah diketahui orang lain. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu materi yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi terjadinya proses belajar tersebut.
Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam teori belajar konstruktivisme, Hanbury (1996: 3) mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan pembelajaran, yaitu (1) siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki, (2) pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti, (3) strategi siswa lebih bernilai, dan (4) siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.
Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tytler (1996: 20) mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai berikut: (1) memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, (2) memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif, (3) memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru, (4) memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa, (5) mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka, dan (6) menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.
Selanjutnya, Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar, 1989: 159) menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat (Ruseffendi 1988: 133). Pengertian tentang akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan ransangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu (Suparno, 1996: 7).
Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan, perkembangan kognitif itu sendiri merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan ketidak-seimbangan dan keadaan keseimbangan (Poedjiadi, 1999: 61).
Dari pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak.
Berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut pandangan konstruktivisme, Driver dan Bell (dalam Susan, Marilyn dan Tony, 1995: 222) mengajukan karakteristik sebagai berikut: (1) siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan, (2) belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa, (3) pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara personal, (4) pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas, (5) kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber.
Pandangan tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya. Belajar merupakan proses aktif untuk mengembangkan skemata sehingga pengetahuan terkait bagaikan jaring laba-laba dan bukan sekedar tersusun secara hirarkis (Hudoyo, 1998: 5).
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang berlangsung secara interaktif antara faktor intern pada diri pebelajar dengan faktor ekstern atau lingkungan, sehingga melahirkan perubahan tingkah laku.
Berikut adalah tiga dalil pokok Piaget dalam kaitannya dengan tahap perkembangan intelektual atau tahap perkembangan kognitif atau biasa juga disebut tahap perkembagan mental. Ruseffendi (1988: 133) mengemukakan; (1) perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang selalu terjadi dengan urutan yang sama. Maksudnya, setiap manusia akan mengalami urutan-urutan tersebut dan dengan urutan yang sama, (2) tahap-tahap tersebut didefinisikan sebagai suatu cluster dari operasi mental (pengurutan, pengekalan, pengelompokan, pembuatan hipotesis dan penarikan kesimpulan) yang menunjukkan adanya tingkah laku intelektual dan (3) gerak melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh keseimbangan (equilibration), proses pengembangan yang menguraikan tentang interaksi antara pengalaman (asimilasi) dan struktur kognitif yang timbul (akomodasi).
Berbeda dengan kontruktivisme kognitif ala Piaget, konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang (Poedjiadi, 1999: 62). Dalam penjelasan lain Tanjung (1998: 7) mengatakan bahwa inti konstruktivis Vigotsky adalah interaksi antara aspek internal dan ekternal yang penekanannya pada lingkungan sosial dalam belajar.
Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak (Poedjiadi, 1999: 63) adalah sebagai berikut: (1) tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi, (2) kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memcahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari dan (3) peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.
B. Hakikat Pembelajaran Menurut Teori Belajar Konstruktivisme
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa menurut teori belajar konstruktivisme, pengertahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.
Sehubungan dengan hal di atas, Tasker (1992: 30) mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut. Pertama adalah peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
Wheatley (1991: 12) mendukung pendapat di atas dengan mengajukan dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstrukltivisme. Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.
Kedua pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu pengetahuan melalui lingkungannya. Bahkan secara spesifik Hudoyo (1990: 4) mengatakan bahwa seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari kepada apa yang telah diketahui orang lain. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu materi yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi terjadinya proses belajar tersebut.
Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam teori belajar konstruktivisme, Hanbury (1996: 3) mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan pembelajaran, yaitu (1) siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki, (2) pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti, (3) strategi siswa lebih bernilai, dan (4) siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.
Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tytler (1996: 20) mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai berikut: (1) memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, (2) memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif, (3) memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru, (4) memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa, (5) mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka, dan (6) menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.
Thursday, 3 June 2010
strategi pembelajaran RESOURCE BASED LEARNING TERHADAP KREATIVITAS SISWA pada mata pelajaran ekonomi di sma negeri 3 palembang
Pendekatan Berbasis Aneka Sumber (Resource Based Learning)
2.1 Sumber Belajar
Menurut Assosiati Teknologi Komunikasi Pendidikan / AECT, sumber belajar adalah meliputi semua sumber baik berupa data, orang atau benda yang dapat digunakan untuk fasilitas (kemudahan) belajar bagi peserta didik ().
Sumber belajar meliputi apa saja dan siapa saja yang memungkinkan peserta didik dapat belajar. Setiap sumber belajar harus memuat pesan pembalajaran dan harus ada interaksi timbal balik antara peserta didik dengan sumber belajar tersebut. Sumber belajar dapat juga berarti satu set bahan atau situasi yang sengaja diciptakan untuk menunjang peserta didik belajar ()
Menurut), Sumber belajar adalah suatu sistem yang terdiri dari sekumpulan bahan atau situasi yang diciptakan dengan sengaja dan dibuat agar memungkinkan peserta didik belajar secara individual.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sumber belajar adalah segala sesuatu (berupa data, orang atau benada) yang dapat dimanfaatkan untuk membuat atau membantu peserta didik belajar.
2.2 Jenis-jenis Sumber Belajar
Menurut Warsita (2008:2100 jenis-jenis sumber belajar, diantaranya :
a. Pesan adalah informasi pembelajaran yang akan disampaikan dan dapat berupa ide, fakta, ajaran, nilai, dan data. Dalam sistem persekolahan, pesan ini berupa seluruh mata pelajaran yang disampaikan kepada peserta didik.
b. Orang adalah manusia yang berperan sebagai pencari, penyimpan, pengolah, penyaji pesan. Contohnya guru, dosen, tutor, pustakawan, laboran, instruktur, widyaiswara, pelatih olahraga, tenaga ahli, produser, peneliti dan masih banyak lagi, bahkan termasuk peserta didik itu sendiri.
c. Bahan adalah merupakan perangkat lunak (software) yang mengandung pesan-pesan pembelajaran yang biasanya disajikan melalui peralatan tertentu ataupun oleh dirinya sendiri. Contohnya, buku teks, modul, transparansi (OHT), kaset program audio, kaset program video, program slide suara, programmed instruction, CAI (pembelajaran berbasis komputer), film dan lain-lain.
d. Alat adalah perangkat kelas (hardware) yang digunakan untuk menyajikan pesan yang tersimpan dalam bahan. Contohnya, OHP, proyektor slide, tape recorder, video/CD pleyer, komputer, proyektor film dan lain-lain.
e. Teknik adalah prosedur atau langkah-langkah tertentu yang disiapkan dalam menggunakan bahan, alat, lingkungan dan orang untuk menyampaikan pesan. Misalnya demonstrasi, diskusi, praktikum, pembelajaran mandiri, sistem pendidikan terbuka/jarak jauh, tutorial tatap muka dan sebagainya.
f. Latar/lingkungan adalah situasi disekitar terjadinya proses pembelajran tempat peserta didik menerima pesan pembelajaran. Lingkungan dibedakan menjadi dua macam, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan nonfisik. Lingkungan fisik contohnya, gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, aula, bengkel, dan lain-lain. Sedangkan lingkungan nonfisik contohnya, tata ruang belajar, ventilasi udara, cuaca, suasana lingkungan belajar dan lain-lain.
Sumber belajar menurut AECT (d) dibedakan menjadi 6 (enam) jenis yaitu; pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sumber belajar terdiri dari ; pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan.
2.3 Pengertian Pendekatan Resource Based Learning
Menurut Suryosubroto ) Resource Based Learning adalah suatu pendekatan yang dirancang untuk memudahkan siswa dalam mengatasi keterampilan siswa tantang luas dan keanekaragaman sumber-sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk belajar.
Menurut Nasution () Resource Based learnig adalah segala bentuk belajar yang langsung menghadapkan murid dengan sesuatu atau sejumlah individu atau kelompok dengan segala kegiatan belajar yang berkaitan dengan itu, bukan dengan cara konvensional dimana guru menyampaikan beban pelajaran kepada murid.
Menurut Baswick (Dalam), pembelajaran berdasarkan sumber ”Resource Based Learning” melibatkan keikutsertaan secara aktif dengan berbagai sumber (orang, buku, jurnal, surat kabar, multi media, web, dan masyarakat), dimana para siswa akan termotivasi untuk belajar dengan berusaha meneruskan informasi sebanyak mungkin.
Dari berbagai pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan Resource Based Lerning merupakan berbagai sarana atau alat yang digunakan guru dalam proses pembelajaran sebagai perantara komunikasi dalam menyampaikan isi materi pelajaran.
2.4 Ciri-ciri pendekatan Resource Based Learning
Belajar berdasarkan sumber atau Resource Based Learning bukan sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan bertalian dengan sejumlah perubahan-perubahan yang mempengaruhi pembinaan kurikulum. Perubahan-perubahan itu mengenai :
1. perubahan dalam sifat dan pola ilmu pengetahuan manusia
2. perubahan dalam masyarakat dan taksiran kita tentang tuntutannya.
3. perubahan mengenai pengertian kita tentang anak dan cara-cara belajar
4. perubahan dalam media komunikasi
()
Menurut Nasution () ciri-ciri belajar berdasarkan sumber adalah :
1. Belajar berdasarkan sumber memanfaatkan sepenuhnya segala sumber informasi sebagai sumber bagi pelajaran termasuk alat-alat audio-visual dan memberi kesempatan untuk merencanakan kegiatan belajar dengan mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia. Ini tidak berarti bahwa pengajaran berbentuk kuliah atau ceramah ditiadakan akan tetapi dapat digunakan segala macam metode yang dianggap paling sesuai untuk tujuan tertentu .
2. Belajar berdasarkan sumber beruasaha memberi pengertian kepada siswa tentang luas dan aneka ragamnya sumber-sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk belajar. Sumber-sumber itu berupa sumber dari masyarakat dan lingkungan manusia, museum, organisasi, bahan cetakan, perpustakaan, alat audio-visual, dan sebagainya. Siswa harus diajarkan teknik melakukan kerja lapangan, menggunakan perpustakaan, buku referensi, sehingga mereka lebih percaya diri.
3. Belajar berdasarkan sumber berhasrat untuk mengganti pasivitas siswa dalam belajar tradisional dengan belajar aktif didorong oleh monat dan keterlibatan diridalam pendidikannya. Untuk itu apa yang dipelajari hendaknya mengandung makna bginya, penuh variasi.
4. Belajar berdasarka sumber berusaha untuk meningkatkan moivasi belajar dengan meyajikan berbagai kemungkinan tentang bahan pelajaran, metode kerja, dan medium komunikasi yang berbeda sekali dengan kelas konvensional yang mengharuskan para siswa belajar yang sama dengan cara yang sama.
5. Belajar brdasarkan sumber memberi kesepaytan kepada siswa untuk bekerja menurut kecepatan dan kesanggupan masing-masing dan tidak dipaksa menurut kecepatan yang sam dalam hubungan yang kelas.
6. Belajar berdasarka sumber lebih flexibel dalm penggunaan waktu dan ruang belajar.
7. Belajar berdasarkan sumber berusaha mengembangkan kepercayaan akan diri siswa dalam hal belajar yang memungkinkannya untuk melanjutkan belajar sepanjang hidupnya.
2.5 Tujuan Pendekatan Resource Based Learning
Menurut suryosubroto (), tujuan pendekatan Resource Based Learning adalah sebagai berikut:
1. Membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada peserta didik.
2. Guru dapat mengetahui perbedaan individu baik dalam hal gaya belajar, kemampuan, kebutuhan, minat, dan pengetahuan siswa. Dengan demikian, siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatannya masing-masing. Sumber balajar dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa.
3. Mendorong pengembangan kemampuan memecahkan masalah, mengambil keputusan, dan keterampilan mengevaluasi. Jadi, siswa menjadi kreatif dan memiliki ide-ide orisinil.
4. Mendorong siswa untuk bertanggung jawab terhadap belajarnya sendiri. Dapat melatih siswa mandiri dalam belajar sehingga pembelajarn dapat menjadi lebih bermakna, lebih tertanam dalam pada dirinya karena ia sendiri secara pribadi yang menemukan dan membangun pemahaman.
5. Menyediakan peluang kepada siswa untuk menjadi pengguna teknologi informasi dan komunikasi yang efektif. Dengan demikian dapat membangun masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society). Siswa akan mampu bagaimana menemukan, dan memilih informasi yang tepat, menggunakan informasi tersebut, mengolah dan menciptakan pengetahuan baru berdasarkan informasi tersebut serta menyebarluaskan atau menyajikan kembali informasi tersebut kepada orang lain.
6. Siswa akan belajar bagaimana belajar. Sekali ia melihat informasi, ia akan mengembangkan sikap positif dan keterampilan yang sangat berguna bagi dirinya dalam era informasi yang sedang dan akan dihadapinya nantinya. Jadi, pada akhirnya resource based learning dapat membekali keterampilan berfikir kreatif siswa.
2.6 Langkah-langkah Pendekatan Resource Based Learning
Menurut Nasution (), dalam pelaksanaan resource based learning perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Pengetahuan yang ada
Ini mengenai pengetahuan guru tentang latar belakang murid dan pengetahuan murid tentang bahan pelajaran.
2. Tujuan pelajaran
Guru harus merumuskan dengan jelas tujuan yang apa yang ingin dicapai dengan pelajaran itu.
3. Memilih metodelogi
Metode pengajaran banyak ditentukan oleh tujuan.
4. Koleksi dan penyediaan bahan
Harus diketahui bahan dan alat yang dimilki oleh sekolah.
5. Penyediaan tempat
Sedangkan menurut menurut Suryosubroto () cara belajar resource based learning yaitu:
1) Menjelaskan alasan yang kuat kepada siswa tentang tujuan mengumpulkan suatu informasi tertentu.
2) Rumuskan tujuan pembelajarannya (SK, KD, dan indikator).
3) Identifikasi kemampuan informasi yang dimiliki siswa.
4) Menyiapkan sumber-sumber belajar yang potensial telah tersedia, dipersiapkan dengan baik.
5) Menentukan cara siswa akan mendemonstrasikan hasil belajarnya.
6) Menentukan bagaimana informasi yang diperoleh oleh siswa itu dikumpulkan,
7) Mnentukan alat evaluasi untuk mengukur keberhasilan proses dan penyajian hasil belajar mereka.
Dari dua pendapat mengenai langkah pembelajarn dengan pendekatan Resouce Based Learning. Pada penelitian ini akan diambil langkah-langkah menurut Suryosubroto karena lebih mudah untuk dipahami.
2.1 Sumber Belajar
Menurut Assosiati Teknologi Komunikasi Pendidikan / AECT, sumber belajar adalah meliputi semua sumber baik berupa data, orang atau benda yang dapat digunakan untuk fasilitas (kemudahan) belajar bagi peserta didik ().
Sumber belajar meliputi apa saja dan siapa saja yang memungkinkan peserta didik dapat belajar. Setiap sumber belajar harus memuat pesan pembalajaran dan harus ada interaksi timbal balik antara peserta didik dengan sumber belajar tersebut. Sumber belajar dapat juga berarti satu set bahan atau situasi yang sengaja diciptakan untuk menunjang peserta didik belajar ()
Menurut), Sumber belajar adalah suatu sistem yang terdiri dari sekumpulan bahan atau situasi yang diciptakan dengan sengaja dan dibuat agar memungkinkan peserta didik belajar secara individual.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sumber belajar adalah segala sesuatu (berupa data, orang atau benada) yang dapat dimanfaatkan untuk membuat atau membantu peserta didik belajar.
2.2 Jenis-jenis Sumber Belajar
Menurut Warsita (2008:2100 jenis-jenis sumber belajar, diantaranya :
a. Pesan adalah informasi pembelajaran yang akan disampaikan dan dapat berupa ide, fakta, ajaran, nilai, dan data. Dalam sistem persekolahan, pesan ini berupa seluruh mata pelajaran yang disampaikan kepada peserta didik.
b. Orang adalah manusia yang berperan sebagai pencari, penyimpan, pengolah, penyaji pesan. Contohnya guru, dosen, tutor, pustakawan, laboran, instruktur, widyaiswara, pelatih olahraga, tenaga ahli, produser, peneliti dan masih banyak lagi, bahkan termasuk peserta didik itu sendiri.
c. Bahan adalah merupakan perangkat lunak (software) yang mengandung pesan-pesan pembelajaran yang biasanya disajikan melalui peralatan tertentu ataupun oleh dirinya sendiri. Contohnya, buku teks, modul, transparansi (OHT), kaset program audio, kaset program video, program slide suara, programmed instruction, CAI (pembelajaran berbasis komputer), film dan lain-lain.
d. Alat adalah perangkat kelas (hardware) yang digunakan untuk menyajikan pesan yang tersimpan dalam bahan. Contohnya, OHP, proyektor slide, tape recorder, video/CD pleyer, komputer, proyektor film dan lain-lain.
e. Teknik adalah prosedur atau langkah-langkah tertentu yang disiapkan dalam menggunakan bahan, alat, lingkungan dan orang untuk menyampaikan pesan. Misalnya demonstrasi, diskusi, praktikum, pembelajaran mandiri, sistem pendidikan terbuka/jarak jauh, tutorial tatap muka dan sebagainya.
f. Latar/lingkungan adalah situasi disekitar terjadinya proses pembelajran tempat peserta didik menerima pesan pembelajaran. Lingkungan dibedakan menjadi dua macam, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan nonfisik. Lingkungan fisik contohnya, gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, aula, bengkel, dan lain-lain. Sedangkan lingkungan nonfisik contohnya, tata ruang belajar, ventilasi udara, cuaca, suasana lingkungan belajar dan lain-lain.
Sumber belajar menurut AECT (d) dibedakan menjadi 6 (enam) jenis yaitu; pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sumber belajar terdiri dari ; pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan.
2.3 Pengertian Pendekatan Resource Based Learning
Menurut Suryosubroto ) Resource Based Learning adalah suatu pendekatan yang dirancang untuk memudahkan siswa dalam mengatasi keterampilan siswa tantang luas dan keanekaragaman sumber-sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk belajar.
Menurut Nasution () Resource Based learnig adalah segala bentuk belajar yang langsung menghadapkan murid dengan sesuatu atau sejumlah individu atau kelompok dengan segala kegiatan belajar yang berkaitan dengan itu, bukan dengan cara konvensional dimana guru menyampaikan beban pelajaran kepada murid.
Menurut Baswick (Dalam), pembelajaran berdasarkan sumber ”Resource Based Learning” melibatkan keikutsertaan secara aktif dengan berbagai sumber (orang, buku, jurnal, surat kabar, multi media, web, dan masyarakat), dimana para siswa akan termotivasi untuk belajar dengan berusaha meneruskan informasi sebanyak mungkin.
Dari berbagai pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan Resource Based Lerning merupakan berbagai sarana atau alat yang digunakan guru dalam proses pembelajaran sebagai perantara komunikasi dalam menyampaikan isi materi pelajaran.
2.4 Ciri-ciri pendekatan Resource Based Learning
Belajar berdasarkan sumber atau Resource Based Learning bukan sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan bertalian dengan sejumlah perubahan-perubahan yang mempengaruhi pembinaan kurikulum. Perubahan-perubahan itu mengenai :
1. perubahan dalam sifat dan pola ilmu pengetahuan manusia
2. perubahan dalam masyarakat dan taksiran kita tentang tuntutannya.
3. perubahan mengenai pengertian kita tentang anak dan cara-cara belajar
4. perubahan dalam media komunikasi
()
Menurut Nasution () ciri-ciri belajar berdasarkan sumber adalah :
1. Belajar berdasarkan sumber memanfaatkan sepenuhnya segala sumber informasi sebagai sumber bagi pelajaran termasuk alat-alat audio-visual dan memberi kesempatan untuk merencanakan kegiatan belajar dengan mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia. Ini tidak berarti bahwa pengajaran berbentuk kuliah atau ceramah ditiadakan akan tetapi dapat digunakan segala macam metode yang dianggap paling sesuai untuk tujuan tertentu .
2. Belajar berdasarkan sumber beruasaha memberi pengertian kepada siswa tentang luas dan aneka ragamnya sumber-sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk belajar. Sumber-sumber itu berupa sumber dari masyarakat dan lingkungan manusia, museum, organisasi, bahan cetakan, perpustakaan, alat audio-visual, dan sebagainya. Siswa harus diajarkan teknik melakukan kerja lapangan, menggunakan perpustakaan, buku referensi, sehingga mereka lebih percaya diri.
3. Belajar berdasarkan sumber berhasrat untuk mengganti pasivitas siswa dalam belajar tradisional dengan belajar aktif didorong oleh monat dan keterlibatan diridalam pendidikannya. Untuk itu apa yang dipelajari hendaknya mengandung makna bginya, penuh variasi.
4. Belajar berdasarka sumber berusaha untuk meningkatkan moivasi belajar dengan meyajikan berbagai kemungkinan tentang bahan pelajaran, metode kerja, dan medium komunikasi yang berbeda sekali dengan kelas konvensional yang mengharuskan para siswa belajar yang sama dengan cara yang sama.
5. Belajar brdasarkan sumber memberi kesepaytan kepada siswa untuk bekerja menurut kecepatan dan kesanggupan masing-masing dan tidak dipaksa menurut kecepatan yang sam dalam hubungan yang kelas.
6. Belajar berdasarka sumber lebih flexibel dalm penggunaan waktu dan ruang belajar.
7. Belajar berdasarkan sumber berusaha mengembangkan kepercayaan akan diri siswa dalam hal belajar yang memungkinkannya untuk melanjutkan belajar sepanjang hidupnya.
2.5 Tujuan Pendekatan Resource Based Learning
Menurut suryosubroto (), tujuan pendekatan Resource Based Learning adalah sebagai berikut:
1. Membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada peserta didik.
2. Guru dapat mengetahui perbedaan individu baik dalam hal gaya belajar, kemampuan, kebutuhan, minat, dan pengetahuan siswa. Dengan demikian, siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatannya masing-masing. Sumber balajar dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa.
3. Mendorong pengembangan kemampuan memecahkan masalah, mengambil keputusan, dan keterampilan mengevaluasi. Jadi, siswa menjadi kreatif dan memiliki ide-ide orisinil.
4. Mendorong siswa untuk bertanggung jawab terhadap belajarnya sendiri. Dapat melatih siswa mandiri dalam belajar sehingga pembelajarn dapat menjadi lebih bermakna, lebih tertanam dalam pada dirinya karena ia sendiri secara pribadi yang menemukan dan membangun pemahaman.
5. Menyediakan peluang kepada siswa untuk menjadi pengguna teknologi informasi dan komunikasi yang efektif. Dengan demikian dapat membangun masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society). Siswa akan mampu bagaimana menemukan, dan memilih informasi yang tepat, menggunakan informasi tersebut, mengolah dan menciptakan pengetahuan baru berdasarkan informasi tersebut serta menyebarluaskan atau menyajikan kembali informasi tersebut kepada orang lain.
6. Siswa akan belajar bagaimana belajar. Sekali ia melihat informasi, ia akan mengembangkan sikap positif dan keterampilan yang sangat berguna bagi dirinya dalam era informasi yang sedang dan akan dihadapinya nantinya. Jadi, pada akhirnya resource based learning dapat membekali keterampilan berfikir kreatif siswa.
2.6 Langkah-langkah Pendekatan Resource Based Learning
Menurut Nasution (), dalam pelaksanaan resource based learning perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Pengetahuan yang ada
Ini mengenai pengetahuan guru tentang latar belakang murid dan pengetahuan murid tentang bahan pelajaran.
2. Tujuan pelajaran
Guru harus merumuskan dengan jelas tujuan yang apa yang ingin dicapai dengan pelajaran itu.
3. Memilih metodelogi
Metode pengajaran banyak ditentukan oleh tujuan.
4. Koleksi dan penyediaan bahan
Harus diketahui bahan dan alat yang dimilki oleh sekolah.
5. Penyediaan tempat
Sedangkan menurut menurut Suryosubroto () cara belajar resource based learning yaitu:
1) Menjelaskan alasan yang kuat kepada siswa tentang tujuan mengumpulkan suatu informasi tertentu.
2) Rumuskan tujuan pembelajarannya (SK, KD, dan indikator).
3) Identifikasi kemampuan informasi yang dimiliki siswa.
4) Menyiapkan sumber-sumber belajar yang potensial telah tersedia, dipersiapkan dengan baik.
5) Menentukan cara siswa akan mendemonstrasikan hasil belajarnya.
6) Menentukan bagaimana informasi yang diperoleh oleh siswa itu dikumpulkan,
7) Mnentukan alat evaluasi untuk mengukur keberhasilan proses dan penyajian hasil belajar mereka.
Dari dua pendapat mengenai langkah pembelajarn dengan pendekatan Resouce Based Learning. Pada penelitian ini akan diambil langkah-langkah menurut Suryosubroto karena lebih mudah untuk dipahami.
Thursday, 20 May 2010
teknik persidangan
TEKNIK PERSIDANGAN
Ada beberapa bentuk musyawarah, antara lain :
1. Simposium
2. Diskusi panel
3. Seminar
4. Lokakarya/ sanggar kerja
5. Rapat kerja
6. Konferensi
7. Kongres/ mukhtamar
Pengeritan sidang
Sidang adalah suatu pertemuan formal diantara beberapa orang dalam rangka membicarakan suatu masalah dan berupaya mencari keputusan penyelesaiannya.
Macam-macam sidang :
1. Ditinjau dari peserta dapat dibagi menjadi; sidang pleno, sidang komisi, sidang subkomisi
2. Ditinjau dari keputusan dapat dibagi menjadi; kongres/ muktamar, konferensi / musda, rapat anggota komisatiat.
3. Ditinjau dari jabatan sidang/ rapat dapat dibagi menjadi; presidium, harian.
Sidang yang biasa dilaksanakan dalam suatu organisasi antara lain;
1. Sidang umum
Adalah sidang tertinggi dalam suatu organisasi yang dilakukan sekurang-kurangnya satu tahun sekali.
2. Sidang umum luar biasa
Adalah sidang yang dilakukan untuk memberhentikan dan mengangkat pengurus inti suatu organisasi (ketua, sekretaris, dan bendahara). Untuk ketua komisi cukup pada sidang komisi dan disahkan pada sidang paripurna.
3. Sidang paripurna
Adalah sidang tertinggi diantara komisi-komisi yang ada pada suatu organisasi yang dihadiri oleh seluruh anggota dan dilaksanakan karena kebijakan pengurus atau usulan, anggota.
4. Sidang komisi
Adalah sudang tertinggi yang dilakukan oleh anggota suatu organisasi yang dilakakan sesuai dengan kebutuhan untuk membahas permasalahan di dalam komisi.
5. Sidang anggota
Adalah sidang yang dihadiri oleh seluruh anggota yang fungsinya untuk memberhentikan anggota lama ataupun mengangkat anggota baru.
6. Rapat kerja
Yang terdiri dari rapat pimpinan, rapat panitia kerja, rapat kerja panitia khusus.
Unsur-unsur sidang :
1. Peserta sidang
2. Waktu
3. Tempat
4. Perlengkapan (palu sidang, mikrofon, dll)
5. Pimpinan, orang yang memandu sidang
Tugas pimpinan antara lain ;
a. Mengatur lalu lintas sidang
b. Mengarahkan jalannya sidang
c. Mengupayakan terjadinya kesepakatan keputusan
d. Menampung dan menyalurkan aspirasi perserta
e. Menyampaikan kesimpulan sementara dan kesimpulan resmi.
6. Acara
7. Tata tertib
8. Sekretariat/ notulen.
Di dalam sidang harus ada pimpinan sidang (presidium), yang sama sebekum pimpinan sidang datau presidium dipilih, sidangdipimpin oleh pimpinan sidang pengantar (pindangtar).
Tugas pokok pimpinan sidang :
Pimpinan sidang adalah orang yang secara formal diserahi tugas untuk mengatur jalannya sidanga, yang merupakan penanggung jawab utama atas berlangsungnya sidang.
Tugas pokoknya :
1. Menjaga kelancaran jalannya sidang
2. Mengarahkan jalannya sidang
3. Menampung dan menyalurkan aspirasi peserta sidang
4. Membuat kesimoulan sementara reume hasil pembicaraan dan resume akhir.
Mekanisme dalam pengambilan keputusan :
1. Pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah mufakat.
2. Apabila point pertama tidak terjadi kesepakatan maka dilakukan lobby.
3. Apabila point satu dan dua tidak tercapai maka dilakukan voting.
Istilah-istilah dalam persidangan antara lain :
1. Skorsing adalah mrnunda sementara jalannya sidang, guna menyegarkan suasana sidang (hitungan menit).
2. Pending adalah menunda sementara jalannya sidang untuk kegiatan tertentu keputusan (hitungan hari).
3. (Lobbying adalah menunda sementara jalannya sidang dalam waktu singkat untuk mencari kesesuaian faham/ pendapata dalam rangka mencari Interupsi adalah memotong pembicaraan seseorang didalam sidang.
4. Deklok adalah suatu kondisi dimana tidak tercapai kesepakatan.
Beberapa macam interupsi
1. Interupsi point of order
Adalah interupsi karena tidak sesuai dengan masalah yang dibahas.
2. Interupsi point of informasi
Adalah memotong pembicaraan karena ingin menambah keterangan atau informasi.
3. Interupsi point of klarifikasi
Adalah interusi untuk memudahkan pembicaraan, menghindarkan pendapat yang biasanya tidak boleh ditambah.
4. Interupsi point of question
Adalah interupsi karena ingin bertanya.
5. Interupsi point of privasi
Adalah interupsi karena pembicaraan menyinggung masalah pribadi.
6. Interupsi point of oppended
Adalah interupsi untuk meluruskan informasi, berita.
Aturan penggunaan palu sidang:
a. 1 kali pukul : membuka sidang, menerima dan menyerahkan palu sidang, meminta perhatian, keputusan sementara, menskor sidang 1x15 mrnit, 1x30 menit.
b. 2 kali pukul : mencabut skors, menskors sidang 2x15 menit, dan 2x30 menit.
c. 3 kali pukul untuk membuka dan menutup sidang dan keputusan akhir (SK/ Surat Keputusan)
by: efran hadi
ketua dewan racana
pramuka universitas srwijaya 2008/2009
Ada beberapa bentuk musyawarah, antara lain :
1. Simposium
2. Diskusi panel
3. Seminar
4. Lokakarya/ sanggar kerja
5. Rapat kerja
6. Konferensi
7. Kongres/ mukhtamar
Pengeritan sidang
Sidang adalah suatu pertemuan formal diantara beberapa orang dalam rangka membicarakan suatu masalah dan berupaya mencari keputusan penyelesaiannya.
Macam-macam sidang :
1. Ditinjau dari peserta dapat dibagi menjadi; sidang pleno, sidang komisi, sidang subkomisi
2. Ditinjau dari keputusan dapat dibagi menjadi; kongres/ muktamar, konferensi / musda, rapat anggota komisatiat.
3. Ditinjau dari jabatan sidang/ rapat dapat dibagi menjadi; presidium, harian.
Sidang yang biasa dilaksanakan dalam suatu organisasi antara lain;
1. Sidang umum
Adalah sidang tertinggi dalam suatu organisasi yang dilakukan sekurang-kurangnya satu tahun sekali.
2. Sidang umum luar biasa
Adalah sidang yang dilakukan untuk memberhentikan dan mengangkat pengurus inti suatu organisasi (ketua, sekretaris, dan bendahara). Untuk ketua komisi cukup pada sidang komisi dan disahkan pada sidang paripurna.
3. Sidang paripurna
Adalah sidang tertinggi diantara komisi-komisi yang ada pada suatu organisasi yang dihadiri oleh seluruh anggota dan dilaksanakan karena kebijakan pengurus atau usulan, anggota.
4. Sidang komisi
Adalah sudang tertinggi yang dilakukan oleh anggota suatu organisasi yang dilakakan sesuai dengan kebutuhan untuk membahas permasalahan di dalam komisi.
5. Sidang anggota
Adalah sidang yang dihadiri oleh seluruh anggota yang fungsinya untuk memberhentikan anggota lama ataupun mengangkat anggota baru.
6. Rapat kerja
Yang terdiri dari rapat pimpinan, rapat panitia kerja, rapat kerja panitia khusus.
Unsur-unsur sidang :
1. Peserta sidang
2. Waktu
3. Tempat
4. Perlengkapan (palu sidang, mikrofon, dll)
5. Pimpinan, orang yang memandu sidang
Tugas pimpinan antara lain ;
a. Mengatur lalu lintas sidang
b. Mengarahkan jalannya sidang
c. Mengupayakan terjadinya kesepakatan keputusan
d. Menampung dan menyalurkan aspirasi perserta
e. Menyampaikan kesimpulan sementara dan kesimpulan resmi.
6. Acara
7. Tata tertib
8. Sekretariat/ notulen.
Di dalam sidang harus ada pimpinan sidang (presidium), yang sama sebekum pimpinan sidang datau presidium dipilih, sidangdipimpin oleh pimpinan sidang pengantar (pindangtar).
Tugas pokok pimpinan sidang :
Pimpinan sidang adalah orang yang secara formal diserahi tugas untuk mengatur jalannya sidanga, yang merupakan penanggung jawab utama atas berlangsungnya sidang.
Tugas pokoknya :
1. Menjaga kelancaran jalannya sidang
2. Mengarahkan jalannya sidang
3. Menampung dan menyalurkan aspirasi peserta sidang
4. Membuat kesimoulan sementara reume hasil pembicaraan dan resume akhir.
Mekanisme dalam pengambilan keputusan :
1. Pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah mufakat.
2. Apabila point pertama tidak terjadi kesepakatan maka dilakukan lobby.
3. Apabila point satu dan dua tidak tercapai maka dilakukan voting.
Istilah-istilah dalam persidangan antara lain :
1. Skorsing adalah mrnunda sementara jalannya sidang, guna menyegarkan suasana sidang (hitungan menit).
2. Pending adalah menunda sementara jalannya sidang untuk kegiatan tertentu keputusan (hitungan hari).
3. (Lobbying adalah menunda sementara jalannya sidang dalam waktu singkat untuk mencari kesesuaian faham/ pendapata dalam rangka mencari Interupsi adalah memotong pembicaraan seseorang didalam sidang.
4. Deklok adalah suatu kondisi dimana tidak tercapai kesepakatan.
Beberapa macam interupsi
1. Interupsi point of order
Adalah interupsi karena tidak sesuai dengan masalah yang dibahas.
2. Interupsi point of informasi
Adalah memotong pembicaraan karena ingin menambah keterangan atau informasi.
3. Interupsi point of klarifikasi
Adalah interusi untuk memudahkan pembicaraan, menghindarkan pendapat yang biasanya tidak boleh ditambah.
4. Interupsi point of question
Adalah interupsi karena ingin bertanya.
5. Interupsi point of privasi
Adalah interupsi karena pembicaraan menyinggung masalah pribadi.
6. Interupsi point of oppended
Adalah interupsi untuk meluruskan informasi, berita.
Aturan penggunaan palu sidang:
a. 1 kali pukul : membuka sidang, menerima dan menyerahkan palu sidang, meminta perhatian, keputusan sementara, menskor sidang 1x15 mrnit, 1x30 menit.
b. 2 kali pukul : mencabut skors, menskors sidang 2x15 menit, dan 2x30 menit.
c. 3 kali pukul untuk membuka dan menutup sidang dan keputusan akhir (SK/ Surat Keputusan)
by: efran hadi
ketua dewan racana
pramuka universitas srwijaya 2008/2009
Wednesday, 19 May 2010
pengaruh pemberian hadiah terhadap motivasi dan hasil belajar siswa di SMA Negeri 1 Indralaya
pengaruh metode pemberian hadiah terhadap motivasi dan hasil belajar siswa di SMA Negeri 1 Indralaya,.
a. latar belakang
Adanya perbedaan motivasi antara siswa “dibutuhkan pengkondisian tertentu agar kita dapat terus termotivasi”
Untuk Melihat keefektifan penggunaan metode pemberian hadiah, sehingga dapat memberikan alternatif solusi bagi guru yang kesulitan untuk membangkitkan motivasi siwa untuk belajar.
b. rumusan masalah
Adakah pengaruh pemberian hadiah (reward) terhadap motivasi berprestasi siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMA N 1 Indralaya?
Seberapa besar pengaruh pemberian hadiah terhadap motivasi berprestasi siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMA N 1 Indralaya?
c. tujuan penelitian
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pemberian hadiah terhadap motivasi berprestasi siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMA N 1 Indralaya?
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemberian hadiah terhadap motivasi berprestasi siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMA N 1 Indralaya?
d. manfaat penelitian
Bagi siswa
diharapkan mendapatkan pengalaman baru dalam proses belajar dan dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa sehingga terpacu untuk terus berlomba lomba menjadi yang terdepan dalam prestasi
Bagi guru
dapat menjadi bahan pemikiran dan masukan bagi guru tentang penggunaan strategi pemberian hadiah (reward) sehingga dapat muncul inovasi-inovasi baru dalam mengajar.
Bagi sekolah
diharapkan menjadi bahan masukan untuk meningkatkan kualitas peserta didik menjadi semakin baik lagi.
Bagi peneliti
diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam memilih dan mengembangkan strategi pembelajaran yang kreatif dan inovatif
e. tinjauan pustaka
Pengertian Hadiah
Menurut Stevenson 2001 : 71
2. Motivasi berprestasi
2.1 Pengertian Motivasi
- Menurut Lubis 2009 : 19
- Don hellriegel dan John W Slocum dikutip Uno 2008 : 5
- Sumardi Suryabrata 2008 : 101
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu proses dari suatu produk yang kita amati secara langsung tetapi kita ambil kesimpulan dari perilakunya sebagai pilihan tugas, usaha yang tekun, dan pengungkapan (misalnya “saya benar-benar ingin mengerjakan ini”)
2.2 Pengertian Motivasi Berprestasi
- McClelland dlm (Djaali,2008 : 103)
- Heckhausen dlm (Djaali, 2008 :103)
- Irwanto (2002 : 207)
Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi adalah daya penggerak pada siswa untuk mengusahakan kemajuan dalam belajar dan mengejar taraf prestasi maksimal, demi pengayaan dan penghargaan terhadap diri sendiri
labih lengkapnya dapat menghubungi
contact person or fb aq yah,..
insyaAllah bisa membantu,..
a. latar belakang
Adanya perbedaan motivasi antara siswa “dibutuhkan pengkondisian tertentu agar kita dapat terus termotivasi”
Untuk Melihat keefektifan penggunaan metode pemberian hadiah, sehingga dapat memberikan alternatif solusi bagi guru yang kesulitan untuk membangkitkan motivasi siwa untuk belajar.
b. rumusan masalah
Adakah pengaruh pemberian hadiah (reward) terhadap motivasi berprestasi siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMA N 1 Indralaya?
Seberapa besar pengaruh pemberian hadiah terhadap motivasi berprestasi siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMA N 1 Indralaya?
c. tujuan penelitian
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pemberian hadiah terhadap motivasi berprestasi siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMA N 1 Indralaya?
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemberian hadiah terhadap motivasi berprestasi siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMA N 1 Indralaya?
d. manfaat penelitian
Bagi siswa
diharapkan mendapatkan pengalaman baru dalam proses belajar dan dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa sehingga terpacu untuk terus berlomba lomba menjadi yang terdepan dalam prestasi
Bagi guru
dapat menjadi bahan pemikiran dan masukan bagi guru tentang penggunaan strategi pemberian hadiah (reward) sehingga dapat muncul inovasi-inovasi baru dalam mengajar.
Bagi sekolah
diharapkan menjadi bahan masukan untuk meningkatkan kualitas peserta didik menjadi semakin baik lagi.
Bagi peneliti
diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam memilih dan mengembangkan strategi pembelajaran yang kreatif dan inovatif
e. tinjauan pustaka
Pengertian Hadiah
Menurut Stevenson 2001 : 71
2. Motivasi berprestasi
2.1 Pengertian Motivasi
- Menurut Lubis 2009 : 19
- Don hellriegel dan John W Slocum dikutip Uno 2008 : 5
- Sumardi Suryabrata 2008 : 101
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu proses dari suatu produk yang kita amati secara langsung tetapi kita ambil kesimpulan dari perilakunya sebagai pilihan tugas, usaha yang tekun, dan pengungkapan (misalnya “saya benar-benar ingin mengerjakan ini”)
2.2 Pengertian Motivasi Berprestasi
- McClelland dlm (Djaali,2008 : 103)
- Heckhausen dlm (Djaali, 2008 :103)
- Irwanto (2002 : 207)
Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi adalah daya penggerak pada siswa untuk mengusahakan kemajuan dalam belajar dan mengejar taraf prestasi maksimal, demi pengayaan dan penghargaan terhadap diri sendiri
labih lengkapnya dapat menghubungi
contact person or fb aq yah,..
insyaAllah bisa membantu,..
Sunday, 18 April 2010
pengertian pendekatan, strategi, teknik, dan model pembelajaran
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaranadalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning(Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “aplan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat)
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut denganmodel pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.
Sumber:
Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja.
Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung.
Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran (http://smacepiring.wordpress.com/)
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaranadalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning(Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “aplan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat)
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut denganmodel pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.
Sumber:
Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja.
Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung.
Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran (http://smacepiring.wordpress.com/)
Saturday, 10 April 2010
Tips Membentuk Sixpack tanpa ke Gym
Tiap orang pengen dong punya badan ideal
makanya skrg gw bagi cara2 untuk membentuk otot perut tanpa keluar biaya yg mahal krn kita tidak perlu ke gym atau tempat fitness untuk melaksanakan nya
Hal pertama yg plg penting is motivasi
Jgn jd cepet bored melakukan latihan yg sama tiap hari
Usaha yg keras akan membuahkan hasil yg memuaskan
Coz disiplin sangat diperlukan utk membentuk tubuh yg ideal
Nah latihan yg perlu dilakukan adalah:
1.Sit up (Latihan untuk otot perut bagian atas)
Duduklah dikarpet lalu tekuklah kaki ,Silangkan tangan di dada
Kencangkan perut , lalu turunkan badan ke bawah, tahan sebentar, lalu kembali ke posisi semula.
Jangan melakukan gerakan sampai punggung menyentuh lantai.
Lakukan gerakan dengan perlahan dan terkontrol.
Saat kembali ke posisi awal otot perut tetap dikencangkan dan rasakan tekanan pada otot perut saat posisi badan mendekati paha.
Untuk repetisi sen bisa coba 15-50 kali tergantung berapa loe sanggup tapi untuk set I tidak usah terlalu banyak.
2.Leg raises (Latihan untuk otot perut bagian bawah)
Berbaringlah di bangku datar dan tangan berpegangan pada ujung bangku dibelakang kepala anda. Dengan posisi kaki sedikit bengkok, angkat kaki sehingga membentuk sudut 45 derajat.
Tahan sebentar lalu perlahan kembali ke posisi semula. Usahakan agar kaki tidak menyentuh bangku.
3.Side to side (Latihan untuk otot perut bagian samping)
Berdiri tegap dengan kedua tangan memegang dumbbell. Posisi tangan lurus di samping badan.
Perlahan-lahan gerakkan tubuh ke kiri sampai otot samping perut merasakan tekanan. Tahan sebentar, kembali ke posisi awal.
Perlahan-lahan gerakkan tubuh ke kanan sampai otot samping perut merasakan tekanan.
Kembali ke posisi awal.
Saat tubuh bergerak ke samping jaga agar tubuh tetap tegak dan tidak membungkuk atau condong ke depan.
“Hati hati jangan terlalu capek dan hindari beban terlalu berat, karena apabila terlalu berat bisa menyebabkan cedera pada pinggang.”
lakukan secara teratur aja 3 gerakan tersebut
kata temen gw sih plg cocok di lakukan sebelum dan sesudah bangun tidur or sore hari juga bole
Lebih dari itu juga bole terserah lu
dan jgn lupa jaga pola makan kita
jgn terlalu banyak dan jgn pula terlalu sedikit
yg penting mengandung karbohidrat,lemak,en protein
perbanyak pula makan buah dan sayur
paling ga tiap 3 sampe 3,5 jam musti ada makanan yg masuk ke perut
Sumber : http://www.emporiumgamers.com/forum/index.php?topic=14605.0
makanya skrg gw bagi cara2 untuk membentuk otot perut tanpa keluar biaya yg mahal krn kita tidak perlu ke gym atau tempat fitness untuk melaksanakan nya
Hal pertama yg plg penting is motivasi
Jgn jd cepet bored melakukan latihan yg sama tiap hari
Usaha yg keras akan membuahkan hasil yg memuaskan
Coz disiplin sangat diperlukan utk membentuk tubuh yg ideal
Nah latihan yg perlu dilakukan adalah:
1.Sit up (Latihan untuk otot perut bagian atas)
Duduklah dikarpet lalu tekuklah kaki ,Silangkan tangan di dada
Kencangkan perut , lalu turunkan badan ke bawah, tahan sebentar, lalu kembali ke posisi semula.
Jangan melakukan gerakan sampai punggung menyentuh lantai.
Lakukan gerakan dengan perlahan dan terkontrol.
Saat kembali ke posisi awal otot perut tetap dikencangkan dan rasakan tekanan pada otot perut saat posisi badan mendekati paha.
Untuk repetisi sen bisa coba 15-50 kali tergantung berapa loe sanggup tapi untuk set I tidak usah terlalu banyak.
2.Leg raises (Latihan untuk otot perut bagian bawah)
Berbaringlah di bangku datar dan tangan berpegangan pada ujung bangku dibelakang kepala anda. Dengan posisi kaki sedikit bengkok, angkat kaki sehingga membentuk sudut 45 derajat.
Tahan sebentar lalu perlahan kembali ke posisi semula. Usahakan agar kaki tidak menyentuh bangku.
3.Side to side (Latihan untuk otot perut bagian samping)
Berdiri tegap dengan kedua tangan memegang dumbbell. Posisi tangan lurus di samping badan.
Perlahan-lahan gerakkan tubuh ke kiri sampai otot samping perut merasakan tekanan. Tahan sebentar, kembali ke posisi awal.
Perlahan-lahan gerakkan tubuh ke kanan sampai otot samping perut merasakan tekanan.
Kembali ke posisi awal.
Saat tubuh bergerak ke samping jaga agar tubuh tetap tegak dan tidak membungkuk atau condong ke depan.
“Hati hati jangan terlalu capek dan hindari beban terlalu berat, karena apabila terlalu berat bisa menyebabkan cedera pada pinggang.”
lakukan secara teratur aja 3 gerakan tersebut
kata temen gw sih plg cocok di lakukan sebelum dan sesudah bangun tidur or sore hari juga bole
Lebih dari itu juga bole terserah lu
dan jgn lupa jaga pola makan kita
jgn terlalu banyak dan jgn pula terlalu sedikit
yg penting mengandung karbohidrat,lemak,en protein
perbanyak pula makan buah dan sayur
paling ga tiap 3 sampe 3,5 jam musti ada makanan yg masuk ke perut
Sumber : http://www.emporiumgamers.com/forum/index.php?topic=14605.0
Friday, 9 April 2010
harga bawang naik
sejak awal bulan desember 2009 sampai skrg harga bawang terus merangkak. mulai Rp12.000,- untuk bawang putih dan Rp10.000,~ untuk bawang merah lokal. harga ini bertahan selama hampir 3 bulan terhitung desember sampai februari di tingkat pedangang eceran. harga bawang yang melonjak terjadi mulai maret hingga sekarang. harga bawang puti yang semula berkisar Rp12.000,~ beranjak ke harga
Rp14.000,~ sampai sekarang menjadi Rp 16.000,~. hal yang sama terjadi pada bawang merah. harga yang semula berkisar Rp10.000,~ beranjak menjadi Rp14.000. tingginya harga bawang secara langsung membawa dampak yang membuat lesu para pedagang bumbu.
Rp14.000,~ sampai sekarang menjadi Rp 16.000,~. hal yang sama terjadi pada bawang merah. harga yang semula berkisar Rp10.000,~ beranjak menjadi Rp14.000. tingginya harga bawang secara langsung membawa dampak yang membuat lesu para pedagang bumbu.
Sunday, 21 March 2010
model pembelajaran ARCS (attention, relevance, confidence, and satisfactiion
PROPOSAL PENELITIAN
PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ATTENTION, RELEVANCE, CONFIDENCE, SATISFACTION ( ARCS ) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA NEGERI 3 PRABUMULIH
A. Latar Belakang
Salah satu masalah dalam pembelajaran di sekolah adalah rendahnya hasil belajar siswa. Rendahnya hasil belajar siswa ini mengakibatkan adanya pandangan buruk terhadap kualitas ( mutu ) pendidikian di Indonesia, begitu banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk turut membantu peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, mulai dari pembangunan gedung-gedung sekolah, pengadaan sarana prasarana sekolah, sampai kepada perbaikan kualitas tenaga kependidikan melalui program sertifikasi. Kemudian lahirnya UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen juga merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan tanah air. Salah satu poin penting dari undang-undang tersebut adalah guru sebagai profesi.
Guru profesional harus memiliki kompetensi akademik dan kompetensi professional sebagai suatu keutuhan. Kompetensi pedagogik, professional, kepribadian dan sosial yang dirumuskan dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 harus dilihat sebagai suatu keutuhan yang tak terpisahkan dari kompetensi penguasaan bahan ajar yang terkandung di dalam kurikulum, sehingga dapat terwujud harapan yang baik bahwa seorang guru ataupun dosen dapat betul-betul memiliki kemampuan profesional yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma-norma tertentu.
Salah satu kemampuan dan keahlian professional utama yang harus dimiliki oleh para pendidik adalah kemampuan bidang pendidikan dan keguruan, khususnya terkait dengan strategi pembelajaran. Seorang guru tidak hanya dituntut untuk menguasai bidang studi yang akan diajarkannya saja, tetapi juga harus menguasai dan mampu mengajarkan pengetahuan dan keterampilan tersebut pada peserta didik.
Guru sebagai komponen penting dari tenaga kependidikan, memiliki tugas untuk melaksanakan proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut, guru diharapkan bisa menerapkan strategi pembelajaran seperti apa yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran di kelas.
Pada dasarnya strategi merupakan cara dan seni dalam menggunakan sumber daya untuk mencapai suatu tujuan tertentu dan Pembelajaran sendiri berarti upaya membelajarkan siswa ( Dengeng dalam Wena, 2009:2). Dengan demikian strategi pembelajaran berarti cara dan seni untuk menggunakan semua sumber belajar dalam upaya membelajarkan siswa.
Sebagai suatu cara, strategi pembelajaran dikembangkan dengan kaidah-kaidah tertentu sehingga membentuk suatu bidang pengetahuan tersendiri. Sebagai suatu bidang pengetahuan, strategi pembelajaran dapat dipelajari dan kemudian diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan sebagai suatu seni, strategi pembelajaran kadang-kadang secara implisit dimilki oleh seseorang tanpa pernah belajar secara formal tentang ilmu strategi pembelajaran (Wena, 2009: 3).
Misalnya banyak tenaga pengajar/guru yang tidak memiliki latar belakang keilmuan tentang strategi pembelajaran, namun mampu mengajar dengan baik dan siswa yang diajar merasa senang dan termotivasi. Sebaliknya, ada guru yang telah menyelesaikan pendidikan keguruannya secara formal dan memiliki pengalaman mengajar yang cukup lama, namun dalam mengajar yang dirasakan siswanya tidak begitu nyaman dan menyenangkan. Hal inilah yang menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat dianggap sebagai suatu seni, yaitu kemampuan (cara) mengajar yang dimiliki seseorang diperoleh tanpa harus belajar ilmu cara mengajar secara formal.
Penggunaan strategi dalam kegiatan pembelajaran sangat perlu karena untuk mempermudah proses pembelajaran dan dapat mencapai hasil yang optimal. Tanpa strategi yang jelas, proses pembelajaran tidak akan terarah sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sulit tercapai secara optimal, dengan kata lain pembelajaran tidak dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Strategi pembelajaran sangat berguna, baik bagi guru maupun siswa. Bagi guru strategi dapat dijadikan pedoman dan acuan bertindak secara sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran. Bagi siswa, dapat mempermudah proses belajar, (mempermudah dan mempercepat memahami isi pembelajaran), karena setiap strategi pembelajaran dirancang untuk mempermudah proses belajar siswa yang berujung pada peningkatan hasil belajar siswa, secara skematis dapat dilihat pada gambar dibawah ini;
Hubungan strategi pembelajaran-guru-siswa-hasil belajar (Wena, 2009:3)
Setelah melihat gambar mengenai hubungan strategi pembelajaran, guru dan hasil belajar siswa maka penulis menangkap bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru harus memiliki strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kondisi pembelajaran dan karakteristik siswa untuk kemudian diterapkan dalam kegiatan pembelajaran, sehingga dapat membantu dalam peningkatan hasil belajar siswa.
Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu; faktor internal dan faktor eksternal. 1) faktor internal merupakan keadaan atau kondisi jasmaniah dan rohaniah siswa yang terdiri dari aspek fisiologi yaitu aspek jasmaniah serta tingkat kebugaran organ tubuh, sehingga dapat mempengaruhi semangat siswa dalam mengikuti kegitan pembelajaran. Dan aspek psikologis terdiri dari tingkat kecerdasan, sikap, bakat, minat, dan motivasi siswa. 2) faktor eksternal yaitu a) kondisi linkungan diluar siswa yang terdiri dari lingkungan sosial, nonsosial, dan pendekatan belajar. Dimana lingkungan sosial terdiri dari sekolah dan siswa. Lingkungan sekolah seperti para guru, staf administrasi, dan teman-teman yang dapat mempengaruhi semangat siswa. Lingkungan siswa terdiri dari masyarakat, tetangga dan teman sebaya. b) lingkungan nonsosial seperti gedung sekolah, rumah tempat tinggal, keluarga, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan. c) faktor pendekatan belajar seperti jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan guru untuk melakukan kegiatan pembelajaran.
Dari berbagai faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut, terlihat bahwa strategi pembelajaran juga menjadi salah satu faktor yang turut menentukan hasil belajar siswa. Hal ini berarti seorang guru harus bisa memilih strategi yang tepat dalam kegiatan pembelajaran di kelas agar kegiatan pembelajaran dapat terasa menyenangkan dan menghasilkan pembelajaran yang optimal.
Pada dasarnya strategi pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga jenis ( Wena, 2009: 34 ) yaitu (1) strategi pengorganisasian (organization strategy), (2) strategi penyampaian (Delivey strategy), dan (3) startegi pengelolaan (management strategy). Strategi pengorganisasian meliputi cara untuk menata isi suatu bidang studi yang berupa tindakan pemilihan isi/materi, format penataan isi atau penyajian peta konsep yang tersaji dengan urutan yang sesuai dan sejenisnya. Strategi penyampaian pembelajaran lebih menekankan pada media yang akan dipakai untuk menyampaikan materi pembelajaran, strategi penyampaian merupakan cara-cara yang dipakai untuk menyampaikan pembelajaran kepada siswa, dan sekaligus menerima dan merespon masukan dari siswa. Dengan demikian strategi ini digunakan untuk melaksanakan proses pembelajaran.
Strategi penyampaian juga mencakup lingkungan fisik, guru, bahan pembelajaran dan kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran. Dalam hal ini media pembelajaran merupakan komponen penting dari strategi penyampaian pembelajaran, selain media pembelajaran, interaksi siswa dengan media dan struktur belajar-mengajar juga merupakan komponen yang dibutuhkan dalam strategi penyampaian pembelajaran ( Dengeng dalam Wena, 2009: 9).
Sedangkan strategi Pengelolaan berkaitan dengan penataan interaksi antara siswa dan strategi pengorganisasian serta strategi penyampaian. Dalam proses belajar mengajar guru tidak cukup hanya menguasai strategi pengorganisasian isi atau penyampaian pembelajaran saja, tetapi guru juga harus mampu menguasai dan menerapkan strategi pengelolaan pembelajaran.
Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran di kelas dilakukan , seorang guru terlebih dahulu harus menata, ,engorganisasikan isi pembelajran yang akan diajarkan. Hal ini perlu dilakukan agar isi pembelajaran yang diajarkan mudah dipahami siswa. Demikian pula selama proses pembelajaran, guru diharapkan mampu menumbuhkan, menjaga/mempertahankan, dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Tanpa adanya motivasi belajar siswa yang tinggi, maka guru akan sulit untuk mencapai hasil pemnelajaran yang optimal. Untuk bisa menumbuhkan, menjaga, dan meningkatkan motivasi belajar siswa agar mencapai hasil belajar yang maksimal, guru bisa menerapkan strategi pengelolaan motivasional dalam tindak pembelajarannya, karena dalam proses pembelajaran guru tidak hanya memperhatikan metode dan media pembelajaran saja tetapi guru juga harus berusaha untuk selalu menjaga dan meningkatkan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran.
Banyak strategi pengelolaan yang dapat digunakan untuk menjaga motivasi belajar siswa diantaranya adalah strategi pengelolaan motivasi yang disebut ARCS yaitu meliputi; Attention (Perhatian), Relevance (Relevansi), Confidende (keyakinan/rasa percaya diri siswa), dan Satisfaction (Kepuasan), karena motivasi turut memberikan pengaruh kepada hasil belajar siswa maka guru diharapkan mampu menjaga dan meningkatkan motivasi belajar siswa melalui strategi pengelolaan model ARCS. Selain itu, startegi pengelolaan ARCS ini merupakan bagian yang amat penting dari pengelolaan interaksi siswa dengan pembelajaran; kegunaannya adalah untuk menjaga dan meningkatkan motivasi belajar siswa ( Dengeng 1989 dalam Wena, 2009: 35 ).
Keller (dalam Wena, 2009: ) juga menyebutkan bahwa terdapat empat komponen strategi pengelolaan motivasi, yaitu sebagai berikut.
a. membangkitkan dan mempertahankan perhatian
b. menciptakan relevansi isi pembelajaran
c. menumbuhkan keyakinan pada diri siswa
d. menumbuhkan rasa puas pada siswa terhadap pembelajaran.
Peningkatan motivasi belajar siswa yang siginifikan akan membantu guru
dalam proses pembelajaran yaitu meningkatkan hasil belajar, melalui penerapan Startegi Pembelajaran model ARCS guru bisa mengetahui seberapa besar motivasi belajar siswa dengan melihat seberapa jauh perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran, seberapa jauh siswa merasakan ada kaitan atau relevansi pembelajaran dengan kebutuhannya, seberapa jauh siswa merasa yakin terhadap kemampuannya dalam mengerjakan tugas-tugas pembelajaran, serta seberapa jauh siswa merasa puas terhadap kegiatan belajar yang telah dilakukan. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa strategi pembelajaran motivasional ARCS sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam tujuan yang ingin dicapain dalam pembelajaran, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “ Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction ( ARCS ) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 3 Prabumulih “.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Adakah pengaruh penerapan strategi pembelajaran Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction ( ARCS ) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 3 Prabumulih ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan strategi pembelajaran Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction ( ARCS ) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 7 Prabumulih.
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Guru
Sebagai motivasi dan variasi bagi guru maupun calon guru untuk meningkatkan penguasaannya terhadap penggunaan strategi pembelajaran yang tidak hanya terfokus pada pola penyampaian materi dan media pembelajaran saja tetapi juga lebih menekankan pada pengelolaan dan peningkatan motivasi belajar siswa, sehingga tercapai tujuan dan hasil pembelajaran yang optimal.
b. Bagi Siswa
Penerapan strategi yang sesuai diharapkan mampu membuat siswa merasa nyaman dan menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran dan dapat menjaga motivasi belajar siswa melalui pengelolaan motivasi yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman tentang strategi pembelajaran
yang sesuai untuk bisa diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di kelas yang bermuara pada hasil pembelajaran yang optimal.
E. TINJAUAN PUSTAKA
1. Strategi Pembelajaran
Dalam mewujudkan kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien, para guru dituntut memiliki strategi tersendiri yang sesuai dengan kondisi pembelajaran. Guru diharapkan mampu memilih strategi seperti apa yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran strategi berkaitan dengan cara penggunaan berbagai sumber daya (guru dan media) untuk tujuan pembelajaran. Terdapat banyak pendapat dari ahli pembelajaran mengenai definisi dari strategi pembelajaran, yaitu.
a. Gerlach dan Ely (dalam Uno Hamzah,2009 : 1) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu yang meliuti sifat lingkup dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar peserta didik.
b. Dick dan Carey (dalam Uno hamzah, 2009:1) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Strategi pembelajaran juga tidak hanya terbatas pada prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi atau paket program pembelajaran yang akan disampaikan pada peserta didik.]
c. Gropper (dalam Uno, Hamzah, 2009:1) juga menjelaskan strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, dan setiap tingkah laku yang diharakan data tercapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajarnya harus dapat dipraktikan.
Selain tiga pendapat diatas Wena (2009 :3) juga menyebutkan definisi dari strategi pembelajaran adalah cara dan seni untuk menggunakan semua sumber belajar dalam upaya membelajarkan siswa. Sebagai suatu cara, strategi pembelajaran dikembangkan dengan kaidah-kaidah tertentu untuk membentuk suatu bidang pengetahuan tersendiri.
Memperhatikan beberapa pengertian mengenai strategi pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah cara-cara dan seni yang akan dipilih oleh seorang pengajar (guru) untuk kemudian digunakan dalam menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal di akhir kegiatan belajar. Pemilihan strategi tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik siswa yang dihadapi dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran.
2. Strategi Pembelajaran Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction (ARCS)
Wena (2009) menyebutkan pada dasarnya strategi pembelajaran diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu (1) strategi pengorganisasian (organization strategy) (2) strategi penyampaian (delivery strategy) (3) strategi pengelolaan (management strategy).
Strategi pengorganisasian (organization strategy), berkaitan dengan kegiatan seperti pemilihan isi, penataan isi, dan sejenisnya; strategi penyampaian (delivery strategy) berkaitan dengan cara penyampaian pembelajaran ada siswa; sedangkan strategi pengelolaan akan berkaitan dengan penataan interaksi antara siswa dan strategi pengorganisasian serta strategi penyampaian. Dalam pembahasan penelitian ini selanjutnya akan membahas mengenai strategi pengelolaan.
Dalam proses belajar mengajar guru tidak hanya dituntut menguasai strategi pengorganisasian isi atau penyampaian pembelajaran saja, tetapi guru harus mampu menguasai dan menerapkan strategi pengelolaan pembelajaran. Strategi pengelolaan pembelajaran yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah strategi pengelolaan motivasional, banyak strategi pengelolaan motivasi yang dapat digunakan oleh guru, salah satunya adalah strategi pengelolaan motivasinal ARCS, yang memiliki empat komponen yaitu Attention (perhatian), Relevance(relevansi), Confidence(keyakinan diri siswa), Satisfaction(kepuasan siswa). Strategi ARCS ini dikembangkan oleh Keller (1987) yang merupakan strategi merancang pembelajaran tentang cara menjaga, mengelola, meningkatkan motivasi untuk mempengaruhi motivasi berprestasi dan peingkatan hasil belajar. Motivasi dianggap sebagai suatu factor yang cukup penting yang mempengaruhi hasil belajar. Motivasi sebagai intensitas dan arah suatu perilaku serta berkaitan dengan pilihan yang dibuat sesorang untuk mengerjakan atau menghindari suatu tugas serta menunjukkan tingkat usaha yang dilakukannya, maka secara operasional motivasi belajar ditentukan oleh indicator-indikator sebagai berikut:
a. tingkat perhatian siswa
b. tingkat relevansi pembelajaran dengan kebutuhan siswa
c. tingkat keyakinan siswa terhadap kemampuannya dalam mengerjakan tugas-tugas pembelajaran, dan
d. tingkat kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan (Keller dalam Wena,2009:33)
Strategi ARCS dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicaai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu (Hermana, 2009: 56)
Dari dua komponen itu oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen yaitu perhatian (attention), relevansi (relevance), keyakinan (confidence), dan kepuasan siswa (satisfaction) dengan akronim ARCS.
Strategi ini adalah strategi yang cukup menarik karena dikembangkan atas dasar teori belajar dan pengalaman nyata (Bohlin dalam Hermana, 2010:56). Dapat disimpulkan Strategi ARCS adalah suatu strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelolaan dan peningkatan motivasi belajar siswa melalui empat komponen yaitu Attention (perhatian), Relevance(relevansi), Confidence(keyakinan diri siswa), Satisfaction(kepuasan siswa) yang pada akhirnya mengarah pada peningkatan hasil belajar siswa.
2.1. Komponen Strategi ARCS
2.1.1. Attention ( Perhatian )
Perhatian merupakan salah satu poin penting dalam menjaga motivasi belajar siswa. Minat/perhatian merupakan alat yang sangat berguna dalam usaha memepengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Woodruff seperti dikutip oleh Callahan (dalam Hermana, 2009: 59 ) bahwa sesungguhnya belajar tidak terjadi tanpa adanya minat/perhatian. Keller (dalam Hermana, 2009 :58 ) juga menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran minat/perhatian tidak hanya harus dibangkitkan melainkan juga harus dipelihara selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Guru harus memperhatikan berbagai bentuk dan memfokuskan pada minat/perhatian dalam kegiatan pembelajaran. Adanya minat/perhatian siswa terhadap tugas yang diberikan dapat mendorong siswa melanjutkan tugasnya. Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu yang menarik sesuai dengan perhatian mereka. Membangkitkan dan memelihara perhatian merupakan usaha menumbuhkan keingintahuan siswa yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.
Secara garis besar ada tiga jenis strategi untuk membangkitkan dan mepertahankan perhatian siswa dalam pembelajaran (Wena,2009:36), yaitu
a. Membangkitkan daya persepsi siswa
Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan suatu hal yang baru, mengherankan, tidak layak ataupun dengan memberikan perubahan-perubahan rangsangan secar mendadak, misalnya dengan gerakan tubuh, nada suara, dan sebagainya
b. Menumbuhkan hasrat ingin meneliti,
Hal ini dapat dilakukan dengan jalan merangsang perilaku yang selalu ngin mencari informasi dengan mengajukan pertanyaan atau masalah yang memerlukan pemecahan masalah oleh siswa sendiri. Dengan adanya pertanyaan atau masalah yang ditujukan pada siswa, diharapkan perhatian siswa akan lebih terfokus pada kegiatan pembelajaran
c. Menggunakan elemen pembelajaran yang bervariasi
Dalam usaha mempertahankan perhatian siswa terhadap pembelajaran, dapat dilakukan dengan jalan menggunakan elemen atau unsur-unsur pembelajaran yang beraneka ragam. Keller (dalam Wena, 2009) mengungkapkan, variasi dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan memvariasikan format tulisan dalam teks, menyajikan gambar-gambar yang bervariasi, dan warna yang beraneka ragam. Dengan melakukan hal yang demikian diharapkan perhatian siswa terus tertuju ada pembelajaran.
2.1.2. Relevance (Relevansi/Mengaitkan pembelajaran dengan kebutuhan siswa)
Komponen yang kedua dari strategi ARCS adalah relevansi atau mengaitkan pembelajaran dengan kebutuhan siswa. Komponen ini merupakan komponen yang berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan dating. Siswa merasa kegiatan yang pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan berguna bagi kehidupan mereka. Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu jika terdapat relevansinya dengan kehidupan mereka, dan memiliki tujuan yang jelas. Sesuatu yang memiliki arah dan tujuan yang jelas serta ada manfaat dan relevan dengan kehidupan akan mendorong individu untuk mencapai tujuan tersebut. Melalui adanya tujuan yang jelas mereka akan mengetahui kemampuan yang dimiliki dan pengalaman yang didapat. Mereka juga akan mengetahui kesenjangan antara kemampuan yang dimiliki dengan kemampuan yang baru didapat itu dan kesenjangan tersebut berkurang. Ada tiga unsur yang dapat digunakan guna meningkatkan relevansi isi pembelajaran dengan kebutuhan siswa (Wena,2009:39), yaitu
a. Menumbuhkan keakraban dan kebiasaan yang baik
Dalam usaha menumbuhkan keakraban pada diri siswa terhadap pembelajaran dapat dilakukan dengan cara menggunakan atau pemakaian bahasa yang konkret, contoh, dan konsep yang berkaitan atau berhubungan dengan pengalaman dan nilai kehidupan siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Minstrell (dalam Wena ,2009:39) bahwa untuk meningkatkan pemahaman pada diri siswa, guru harus mampu mengaitkan pengalaman keseharian siswa atau konsep yang telah ada dalam benak siswa dengan isi pembelajaran yang akan dibahas. Gagne dan Berliner (dalam Wena,2009:39) juga menyebutkan bahwa jika dalam kegiatan pembelajaran, isi pembelajaran dikaitkan dengan sesuatu yang telah dikenal atau dipelajari sebelumnya, dan siswa akan termotivasi dalam belajarnya. Dengan strategi yang demikian, siswa akan merasakan relevansi pembelajaran yang dihadapinya dengan pengalaman hidupnya.
b. Menyajikan isi pembelajaran yang berorientasi pada tujuan
Cara lain unutk meningkatkan relevansi pembelajaran adalah dengan
menyajikan pernyataan atau contoh-contoh yang sesuai dengan tujuan dan kegunaan pembelajaran. Hakikat dari pemberitahuan tujuan pembelajaran adalah menginformasikan apa yang harus dicapai siswa pada akhir pembelajaran. Dengan demikian, setiap kegiatan pembelajaran selalu dapat diarahkan pada tujuan yang telah ditetapkan, dan sudah menjad kewajiban guru untuk mengatakan dengan jelas tujuan yang harus dicapai oleh siswa.
c. Menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai
Dalam hal ini untuk menciptakan relevansi terhadap pembelajaran dilakukan dengan menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan profil/karakteristik siswa. Guru harus memahami profil siswa seperti tingkat perkembangan siswa, gaya kognitifnya, dan kebasaan belajarnya. Dengan diketahuinya hal tersebut, guru akan lebih mudah menyesuaikan strategi yang digunakan profil siswa, dan siswa akan merasa senang dalam mengikuti pembelajaran.
Strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa juga harus sesuai dengan karakteristik isi pembelajaran agar siswa lebih cepat memahami isi pembelajaran yang disampaikan.
2.1.3. Confidence (Rasa Yakin diri siswa)
Komponen yang ketiga adalah Confidence (Rasa Yakin diri siswa), yaitu menumbuhkan rasa yakin (percaya diri) pada siswa. Komponen ini erat kaitannya dengan sikap percaya, yakin akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil. Menurut Gagne dan Driscoll (dalam Hermana,2009 :58 ), seseorang yang memiliki sikap percaya diri yang tinggi cenderung akan berhasil bagaimanapun kemampuan yang ia miliki. Sikap seseorang yang merasa yakin, percaya dapat berhasil mencapai sesuatu akan mempengaruhi mereka dalam bertingkah laku untuk mencapai keberhasilan tersebut. Sikap ini mempengaruhi kinerja aktual seseorang, dan perbedaan dalam sikap ini menimbulkan perbedaan dalam kinerja. Sikap yakin, percaya atau ada harapan untuk berhasil akan mendorong individu bertingkah laku untuk mencapai suatu keberhasilan (Petri dalam Hermana, 2009:59). Siswa yang memiliki sikap percaya diri memiliki penilaian positif tentang dirinya cenderung menampilkan prestasi yang baik secara terus menerus. Sikap ini perlu ditanamkan kepada siswa untuk mendorong mereka agar berusaha dengan maksimal guna mencapai keberhasilan yang optimal. Sikap yakin dan penuh percaya diri serta merasa mampu melakukan sesuatu dengan berhasil, siswa akan terdorong untuk melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya untuk dapat mencapai hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Wena (2009) juga menyebutkan ada cara yang dapat digunakan dalam menumbuhkan rasa percaya diri siswa yaitu sebagai berikut.
a. Menyajikan prasyarat belajar
Menumbuhkan percaya diri pada siswa dapat dilakukan dengan membantu siswa memperkirakan atau mengukur kemampuannya untuk mencapai kesuksesan, dengan jalan menyajikan prasyarat unjuk kerja kriteria evaluasi
b. Memberikan kesempatan untuk sukses
Menumbuhkan harapan siswa untuk sukses merupakan salah satu syarat membangkitkan keyakinan pada diri siswa terhadap tugas-tugas pembelajaran (Keller dalam Wena,2009:42). Hal ini dapat dilakukan dengan menyajikan tingkat tantangan yang memungkinkan siswa mendapat pengalaman sukses yang bermakna dibawah kondisi belajar dan unjuk kerja tertentu. Siswa merasa yakin tentang apa yang dikerjakannya, dengan mengatakan bahwa ia pasti akan sukses melakukannya dan pada diri siswa akan tumbuh harapan untuk sukses
c. Memberikan kesempatan melakukan kontrol pribadi
Dalam hal ini untuk menumbuhkan keyakinan pada diri siswa dilakukan dengan menyajikan umpan balik dan kesempatan untuk mengendalikan atau mengatur kemampuan atribusi internal akan kesuksesannya. Berikan umpan balik atau penguatan yang dapat mendorong usaha atau kemampuan siswa guna mencapai kesuksesan. Ardhana (dalam Wena, 2009:43) mengatakan, atribusi yang diberikan oleh individu terhadap sebab-sebab tindakannya mengakibatkan timbulnya penilaian tertentu terhadap diri sendiri dan sejumlah reaksi yang menyertainya, dan juga mempeengaruhi motivasi, pengaharapan serta prestasi yang akan diraihnya di masa mendatang. Berdasarkan pemikiran tersebut, dalam proses pembelajaran guru harus mampu memberikan atribusi (yang berwujud penguatan) pada diri siswa dan siswa merasa yakin akan tindakan-tindakan selanjutnya.
2.1.4. Satisfaction (Kepuasan siswa)
Komponen yang kelima dari strategi ARCS adalah Satisfaction (Kepuasan siswa), yaitu yang berhubungan dengan rasa bangga, puas atas hasil yang dicapai. Dalam teori belajar satisfaction adalah reinforcement (penguatan). Siswa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga/puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan berikutnya (Gagne dalam Hermana,2009:65). Reinforcement atau penguatan yang dapat memberikan rasa bangga dan puas ada siswa adalah penting dan perlu dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Keller (dalam Hermana,2009:65) berdasarkan teori kebanggaan, rasa puas dapat timbul dari dlam individu sendiri yang disebut kebanggan intrinsik yaitu individu merasa puas dan bangga telah berhasil mengerjakan, mencapai atau mendapat sesuatu. Kebanggaan dan rasa puas ini juga dapat timbul dari pengaruh luar individu, yaitu dari orang lain atau lingkungan yang disebut kebanggan ekstrinsik. Sesorang merasa bangga dan puas karena apa yang dikerjakan dan dihasilkan mendapat penghargaan baik bersifat verbal maupun nonverbal dari orang lain atau lingkungan. Guru dalam kegiatan pembelajaran dapat melakukan dengan cara sebagai berikut. (Wena,2009:45)
a. Menyajikan latar belajar yang alami
Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan menyajikan kesempatan untuk menggunakan pengetahuan atau keterampilan yang baru dikuasainya dalam situasi nyata yang menantang, dengan demikian siswa akan merasa puas karena mampu menerapkan keterampilan-keterampilan baru yang telah dipelajarinya.
b. Memberikan penguatan yang positif
Dalam hal ini untuk menumbuhkan kepuasan dilakukan dengan memberikan umpan balik dan penguatan yang akan mempertahankan perilaku yang diinginkan. Gagne juga menyatakan bahwa umpan balik sebagai fase terakhir dalam proses pembelajaran merupakan suatu proses penguatan; dan ini sangat penting artinya dalam kehidupan manusia, khususnya dalam kaitan yang berhubungan dengan pembelajaran. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya suatu umpan balik dalam proses pembelajaran guna meningkatkan motivasi belajar siswa.
c. Mempertahankan standar pembelajaran secara wajar
Hal ini dilakukan dengan jalan mempertahankan standar dan konsekuensi secara konsisten pada setiap penyelesaian tugas pembelajaran. Dengan demikian siswa akan merasa puas dan termotivasi dalam setiap melakukuan atau menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Hal ini disebabkan setiap tugas pembelajaran yang dihadapi, sesuai dengan kemampuannya dan siswa tidak merasa kesulitan dalam menyelesaikannya.
2.2. Langkah-Langkah Operasional ( Pelaksanaan) Strategi Pembelajaran ARCS
Secara operasional penerapan strategi ARCS (Wena,2009) dapat dilihat sebagai berikut;
No Tahapan Pembelajaran
(Strategi Pengelolaan ARCS) Proses Tindakan Bentuk Perlakuan
1 Attention (Menarik Perhatian)
a. Membangkitkan daya Persepsi Apa yang harus dilakukan untuk membangkitkan minat siswa? • Menggunakan efek audio visual, misalnya dengan menggunakan animasi, cahaya, kemampuan suara dan audio visual lainnya dalam pembelajaran
• Menggunakan peristiwa atau kontens yang tidak biasa,kontradiktif, atau hal yang aneh untuk merangsang perhatian siswa, tetapi tetap pada batas wajar
• Menghindari gangguan, dengan jalan menghindari hal-hal yang dapat mengalihkan perhatian.
b. Membangkitkan keinginan
untuk meneliti/bertanya Bagaimana saya dapat merangsang/membangkitkan sikap meneliti pada siswa? • Aktif merespon, yaitu merangsang minat siswa dengan menggunakan interaksi pertanyaan-respon-umpan balik, yang mempersyaratkan berpikir aktif
• Menciptakan masalah, yaitu memberi kesempatan siswa untuk memecahkan masalah
• Menciptakan misteri, yaitu menciptakan situasi pemecahan masalah dalam konteks yang membutuhkan eksplorasi dan daya pengungkapan rahasia pengetahuan
c.Menggunakan elemen pembelajaran yang bervariasi Bagaimana saya dapat mempertahankan minat siswa? • Meringkas bagian pembelajaran dan menggunakannya secara efektif dalam bahan ajar/buku
• Menciptakan respon yang saling mempengaruhi dalam pembelajaran dengan menyajikan informasi yang beraneka ragam secara interaktif
• Mengintegrasikan media yang fungsional, yaitu menggunakan yang efektif dan seimbang sebagai bagian dari pembelajaran
2 Relevance (Meningkatkan Relevansi)
a. Menyajikan isi pembelajaran yang berorientasi pada tujuan/kompetensi Bagaimana saya dapat memenuhi dengan baik keinginan siswa dana bagaimana saya bias mengetahui kebutuhannya? • Menggunakan suatu pernyataan tujuan yang jelas serta penting dan berguna
• Memberi kesempatan pada siswa untuk memilih tipe tujuan yang berbeda yang sesuai dengan strategi dan hasil
b. Menggunakan strategi yang sesuai Bagaimana dan kapan saya dapat memberikan pilihan, tanggung jawab dan pengaruh yang sesuai? • Memberi kesempatan pada siswa memilih tujuan yangberaneka ragam, yang sesuai dengan tingkat kesulitan, guna merangsang kebutuhan untuk berprestasi
• Menggunakan system skorsing dan system umpan balik terhadap unjuk kerja siswa, guna merangsang kebutuhan untuk berprestasi
• Menyajikan pilahn-pilihan yang memungknkan siswa bekerja bersama teman lainnya
c. Menciptakan keakraban Bagaimana saya dapat mengaitkan proses pembelajaran dengan pengalaman siswa? • Menggunakan bahasa dan gambar yang menarik, yaitu dengan menggunakan ungkapan-ungkapan yang biasa dikenal siswa
• Menggunakan iliustrasi untuk mengkonkretkan suatu konsep yang abstrak/tidak biasa bagi siswa
• Menggunakan contoh dan konteks yang familiar pada isi pembelajaran dan lingkungan sekitar yang sudah dikenal siswa
3 Confidence (Menumbuhkan keyakinan pada diri siswa)
a. Menyajikan prasyarat belajar Bagaimana saya dapat membantu menumbuhkan harapan positif untuk sukses? • Merancang secara jelas dan mudah dipahami struktur isi dan tujuan pembelajaran.
• Menjelaskan criteria evaluatif dan memberikan kesempatan untuk latihan dengan umpan balik.
• Menjelaskan prasyarat-prasyarat pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat membantu dalam mengerjakan tugas.
• Menjelaskan pada siswa berapa jumlah item dan berapa waktu yang diperlukan dalam setiap tes.
b. Memberikan kesempatan untuk sukses Bagaimana pengalaman belajar akan dapat mendorong dan meningkatkan kepercayaan siswa terhadap kemampuan/kompetensinya? • Membuat isi pembelajaran dari yang bersifat mudah ke sukar, dan memberikan rencana umpan balik yang teratur.
• Membuat pembelajaran yang sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan siswa, guna menjaga tingkat tantangan/kebosanan yang berlebihan.
• Memasukan peristiwa-peristiwa yang bersifat random selama pembelajaran dan menyelingi dengan tingkat tantangan yang tak terduga.
• Mengendalikan tingkat kesulitan dengan menambahkan batas waktu, kecepatan stimulus yang beraneka ragam.
c. Memberikan kesempatan melakukan kontrol pribadi Bagaimana siswa dapat mengetahui dengan pasti bahwa kesuksesannya didasari atas usaha dan kemampuannya? • Memberi atribusi (yang berwujud penguatan) pada diri siswa sehingga mereka merasa yakin akan tindakan-tindakan selanjutnya
4 Satisfaction (Menumbuhkan Kepuasan)
a. Memberi kesempatan mengaplikasikan pengetahuan yang baru dikuasai Bagaimana saya dapat memberikan kesempatan yang bermakna bagi siswa untuk menggunakan pengetahuan/keterampilan yang baru dikuasai? • Memberikan tugas-tugas yang mengharuskan siswa mengalikasikan pengetahuan atu ketarmpilan yang baru diperolehnya.
• Membuat isi pembelajaran/tugas-tugas sehingga pengetahuan dan keetrampilan yang baru diperoleh segera dapat digunakan dalam kegiatan berikutnya.
• Menggunakan simulasi pada akhir pembelajaran yang mengharuskan penggunaan pengetahuan atau keterampila yang baru diperoleh.
b. Merencanakan umpan balik/penguatan yang positif Penguatan bentuk apa yang akan diberikan atas kesuksesannya? • Menggunakan umpan balik motivasional yang positif atau ganjaran lain atas kesuksesan siswa, sesudah setiap respon yang mereka berikan secara tepat.
• Menghindari pemberian penguatan yang dapat mengurangi motivasi, misalnya memberikan pujian yang berlebihan pada suatu yang sederhana.
• Menggunakan ganjaran ekstrinsik atas respon yang benar dan jangan memberikan ganjaran pada respon yang salah.
c. Mempertahankan standar an konsekuensi secara konsisten Bagaimana saya dapat membantu siswa dalam menanamkan perasaan positif tentang prestasinya? • Menjaga struktur isi pembelajaran secara konsisten dengan pernyataan tujuan.
• Membuat tugas-tugas/tes agar tetap konsisten dengan tugas atau tes yang lainnya dan juga dengan tujuan pembelajaran
Sedangkan Hermana (2009) menyatakan terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan perhatian, melihat tingkat relevansi, mempengaruhi sikap percaya diri dan memberikan rasa puas siwa terhadap pembelajaran yaitu;
• Perhatian,
a. menggunakan cerita, analogi, sesuatu yang baru, aneh dan berbeda dari yang biasanya dalam pembelajaran
b. memberikan kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, misalnya, siswa diajak diskusi atau mengajukan pertanyaan yang perlu dipecahkan bersama
c. mengadakan variasi situasi pembelajaran misalnya, dari serius ke humor, dari cepat ke lambat, dan mengubah gaya mengajar
d. mengadakan komunikasi nonverbal seperti dengan demonstrasi dan simulasi.
• Relevansi,
a. Mengemukakan tujuan/sasaran yang akan dicapai
b. Mengemukakan manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa baik untuk sekarang ataupun yang akan dating
c. Menggunakan bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada hubungannya dengan pengalaman nyata atau nilai-nilai yang dimiliki siswa
• Percaya diri/ Tingkat keyakinan diri siswa,
a. Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta menanamkan pada siswa ga,baran diri positif terhadap diri sendiri, misalnya melalui potret seorang tokoh yang berhasil/sukses.
b. Menggunakan suatu patokan, standar yang memungkinkan siswa dapat mencapai keberhasilan.
c. Memberikan tugas yang bervariasi misalnya, dari mudah ke sukar tetapi cukup realistis untuk diselesaikan.
d. Memberi kesempatan pada siswa secara bertahap mandiri dalam belajar dan melatih suatu keterampilan.
• Kepuasan siswa,
Memberikan penguatan eksternal melalui pemberian penghargaan baik bersifat verbal maupun nonverbal. Memberikan sebuah permen sebagai kado/hadiah kecil karena siswa telah berhasil menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah ataupun tepukan tangan dari teman-teman sekelas akan memberikan kepuasan atau rasa bangga pada diri siswa selama atau setelah pembelajaran berakhir.
3. Hasil Belajar
Hasil belajar sering digunakan sebagai ukuran yang utama bagi prestasi siswa yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran.
Menurut Dimyati (2002:3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar, yang pada sisi guru dilihat melalui evaluasi proses pembelajaran dan pada sisi siswa merupakan puncak atau titik dari proses belajar.
Menurut Zurmaini (2006:14), hasil belajar merupakan keadaan peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran tertentu dalam jangka waktu tertentu yang diperoleh dengan mengadakan tes hasil belajar siswa.
Menurut Winkel (1999:53), hasil belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan, hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh dari aktivitas mental yaitu kegiatan pembelajaran yang menunjukkan tingkat keberhasilan seseorang dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor dan diperoleh dari hasil tes.
Hasil belajar ekonomi adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam mata pelajaran ekonomi selama proses pembelajaran itu berlangsung dalam memahami konsep, prinsip, hokum, dan percobaan serta mampu mengaplikasikannya dalam kehidupannya.
Adapun hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah nilai ekonomi yang diperoleh siswa melalui tes yang dapat dijadikan tolok ukur untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam penerapan strategi pembelajaran ARCS pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 3 Prabumulih.
4. Pengertian Ilmu Ekonomi
Ilmu ekonomi merupakan bagian dari ilmu sosial yang sering dgunakan untuk mengetahui tentang tata cara manusia dalam melangsungkan hidupnya, berinteraksi dalam memenuhi kebutuhannya dan memeperoleh kemakmuran.
Menurut Zurmaini (2006:14), ilmu ekonomi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari masalah bagaimana manusia memenuhi kebutuhan hidupnya dengan kegiatan produksi, pertukaran dan konsumsi untuk mencapai kemakmuran hidupnya.
Pengertian ilmu ekonomi (Diknas,2003) adalah ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang banyak, bervariasi dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi.
Sedangkan menurut Alam (2007:1) ilmu ekonomi adalah ilmu yang memberikan pengetahuan mengenai tindakan manusia dalam usaha memenuhi dan melangsungkan hidupnya dengan berbagai kebutuhan yang beraneka ragam dengan sumber daya yang terbatas melalui kegiatan ekonomi untuk mencapai kemakmuran.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari tentang usaha manusia dalam memenuhi kebutuhannya yang bervariasi dengan memaksimalkan sumber daya yang ada melalui kegiatan produksi, konsumsi dan distribusi demi tercapai kemakmuran.
5. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran ekonomi
Fungsi mata pelajaran ekonomi (Diknas,2004) adalah mengembangkan kemamampuan siswa untuk berekonomi dengan cara mengenal berbagai kenyataan dan peristiwa ekonomi, memahamo konsep dan teori serta berlatih dalam memecahkan masalah ekonomi yang terjadi di lingkungan masyarakat.
Tujuan Mata Pelajaran Ekonomi (Diknas,2004) adalah:
a. Membekali siswa sejumlah konsep ekonomi untuk mengetahui dan mengerti peristiwa ekonomi dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan setingkat individu atau rumah tangga, masyarakat dan Negara.
b. Membekali siswa sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi pada jenjang selanjutnya.
c. Membekali siswa nilai-nilai serta etika ekonomi dan memiliki jiwa wirausaha.
d. Meningkatkan kemampuan berkompetensi dan bekerjasama dalam masyarakat yang majemuk baik dalam skala nasional maupun internasional.
6. Hubungan Strategi Pembelajaran ARCS dan Hasil Belajar siswa
Strategi ARCS adalah suatu strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelolaan dan peningkatan motivasi belajar siswa melalui empat komponen yaitu Attention (perhatian), Relevance(relevansi), Confidence(keyakinan diri siswa), Satisfaction(kepuasan siswa) yang pada akhirnya mengarah pada peningkatan hasil belajar siswa.
Dalam kegiatan pembelajaran guru dituntut tidak hanya mampu menyampaikan materi pembelajaran dengan konsep/isi pembelajaran saja, tetapi dalam pembelajaran guru juga dituntut untuk mampu menjaga, mengelola dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Dimyati (2003) juga menjelaskan bahwa motivasi turut menjadi slah satu faktor yang menetukan hasil belajar. Berdasarkan faktor tersebut, dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya dibutuhkan strategi penyampaian atau pengorganisasian saja yang diperlukan melainkan strategi pengelolaan Motivasi seperti model ARCS ini juga dibutuhkan dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Melalui empat komponennya yaitu meningkatkan perhatian, menciptakan relevansi, membina dan meningkatkan percaya diri dan memberikan kepuasan pada diri siswa diharapkan siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan dan dapat memudahkan mereka dalam memahami dan mengerti materi yang dipelajari dan pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar siswa.
7. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ho : Tidak ada pengaruh penerapan strategi pembelajaran Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction ( ARCS ) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 3 Prabumulih.
Ha : Ada pengaruh penerapan strategi pembelajaran Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction ( ARCS ) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 3 Prabumulih.
F. Metodologi Penelitian
1. Variabel dan Definisi Operasional Variabel
1.1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian ( Sugiyono, 2003:31) adalah sesuatu hal yang berbentuk apa
saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun variabel dalam
penelitian ini adalah :
Variabel bebas (X) : Strategi Pembelajaran ARCS
Variabel terikat (Y) : Hasil Belajar
1.2 Definisi Operasional Variabel.
a. Strategi Pembelajaran ARCS adalah suatu strategi pembelajaran yang tercakup dalam stratgei pengelolaan motivasi yang memiliki komponen Attention ( perhatian ), Relevance ( relevansi), Confidence (keyakinan siswa), dan Satisfaction (kepuasan siswa). Strategi ini menitikberatkan operasionalnya ada empat komponen tersebut yaitu melalui (1) peningkatan perhatian, (2) menciptakan relevansi, (3) meningkatkan keyakinan diri siswa dan (4) memberikan kepuasan siswa terhadap pembelajaran.
Langkah-langkah dalam strategi pembelajaran ARCS :
- mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berupa materi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa
- mempersiapkan struktur/isi pembelajaran yang sistematis dan mempersiapkan media yang fungsional dan seimbang serta menyajikan peta konsep
- memilih metode penyampaian yang sesuai dan bervariasi
- menarik perhatian siswa dengan menyajikan suatu masalah yang mengherankan untuk kemudian dipecahkan
- menjelaskan tujuan pembelajaran yang kemudian dikaitkan dengan pengalaman siswa
- menumbuhkan rasa percaya diri siswa misalnya dengan menghadirkan potret seorang tokoh terkenal yang berhasil serta menanamkan prinsip-prinsip positif
- memberikan kepuasan siswa terhadap pembelajaran melalui penguatan-penguatan positif dari hasil tugas-tugas atau latihan yang telah dikerjakan siswa sehingga dapat menimbulkan rasa bangga dan puas pada diri siswa.
- Memberikan evaluasi baik berupa tugas ataupun latihan
b. Hasil Belajar siswa ialah kemampuan/nilai yang dimiliki oleh siswa dalam menguasai materi pada mata pelajaran ekonomi yang diperoleh melalui tes yang dinyatakan dalam bentuk angka. Tes ini diadakan setelah tiga kali penerapan strategi pembelajaran ARCS pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam bentuk esai.
2. Populasi dan Sampel
2.1. Populasi
Menurut Sugiyono (2008:118) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.. populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di SMA Negeri 3 Prabumulih tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 120 siswa dan terdiri dari 4 kelas, adapun rincian dari jumlah siswa terdapat pada tabel
Tabel 1. jumlah siswa kelas X di SMA Negeri 3 Prabumulih
No Kelas Jumlah siswa
1 X.1 30 siswa
2 X.2 30 siswa
3 X.3 30 siswa
4 X.4 30 siswa
Jumlah 120 siswa
2.2. Sampel
Sample adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengambilan sample dengan cara purposive sampling untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diambil dengan pertimbangan tertentu. Jumlah siswa kelas X di SMA Negeri 3 Prabumulih yang menjadi populasi terdiri dari 120 siswa yang kemudian dikelompokkan menjadi empat tingkatan kelas berdasarkan nilai yaitu, X.1 (nilai tinggi), X.2 (nilai sedang), X.3 (nilai sedang), X.4 (nilai rendah). Berdasarkan pertimbangan inilah peneliti menentukan sampel berdasarkan tingkatan kelas yang sama, maka didapatlah kelas X.2 sebagai kelas eksperimen dan kelas X.3 sebagai kelas kontrol yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Jumlah siswa masing-masing kelas yaitu 30 siswa jadi jumlah keseluruhan sampel adalah 60 siswa.
2.3. Langkah-Langkah Eksperimen
Adapun langkah-langkah eksperimen yang akan dilakukan dalam melaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Menentukan jenis penelitian yang akan dilakukan yaitu penelitian Kuasi experimental yang menggunakan design posttest-only controll design yaitu terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak kemudian masing-masing ditetapkan sebagai kelas eksperimen (mendapat perlakuan) dan kelas kontrol (tanpa perlakuan).
b. Membuat rencana pembelajaran dan memilih media pembelajaran yang sesuai
c. Penerapan strategi pembelajaran ARCS pada kelas eksperimen yaitu kelas X.2 dan pada kelas kontrol yaitu kelas X.3 tidak diterapkan strategi ARCS.
d. Melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi.
e. Setelah tiga kali pertemuan, peneliti akan memberikan tes yang berbentuk esai terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mendapatkan hasil belajar setelah siswa mengikuti pembelajaran.
f. Menghitung perbedaan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui dan membuktikan dengan penerapan strategi pembelajaran ARCS dapat memberikan pengaruh positif yanitu peningkatan hasil belajar siswa.
g. Menggunakan uji-t (T-Test) untuk menjawab hipotesis penelitian.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol yang akan diberikan perlakuan sebagai berikut.
1. Kelas Eksperimen :
a. Membuat rencana pembelajaran dan menyiapkan media pembelajaran
b. Melaksanakan proses pembelajaran dengan menerapkan strategi pembelajaran dengan pendekatan ARCS
c. Setelah tiga kali pertemuan akan dilakukan penilaian terhadap materi yang telah dipelajari dengan memberikan soal berbentuk esai
2. Kelas Kontrol
a. Membuat rencana pembelajaran dan menyiapkan media pembelajaran
b. Melaksanakan proses pembelajaran secara klasikal (biasa) tanpa memberi perlakuan
c. Setelah tiga kali pertemuan akan dilakukan penilaian terhadap materi yang telah dipelajari dengan memberikan soal berbentuk esai.
3. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan strategi pembelajaran dengan pendekatan ARCS terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 3 Prabumulih. Adapun teknik yang dipakai adalah:
3.1. Dokumentasi
Teknik ini digunakan peneliti untuk memperoleh data secara umum, yaitu jumlah siswa kelas X semester genap 2009/2010 di SMAN 3 Prabumulih secara keseluruhan. Selain itu teknik ini juga digunakan untuk memperoleh data prestasi berupa hasil belajar siswa yang berbentuk nilai yang telah dicapai peserta didik pada mata pelajaran ekonomi di semester ganjil tahun 2009/2010 atau nilai yang diperoleh sebelum diterapkannya strategi pembalajaran dengan pendekatan ARCS ini. Data ini diperoleh peneliti dari guru mata pelajaran ekonomi di SMAN 3 Prabumulih.
3.2. Tes
Tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa. Dalam hal ini tes diberikan pada kedua kelas yang dijadikan sample. Tes yang diberikan dalam penelitian ini adalah berbentuk esai yang sebelumnya dilakukan pengujian terhadap validitas dan reliabilitas tes tersebut. Tes diberikan setelah tiga kali pertemuan yang terdiri dari 10 soal esai.
3.2.1 Validitas data
Instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur ( sugiono, 2005 : 267 ). Dalam penelitian ini tes disesuaikan dengan materi ekonomi yang akan diajarkan berdasarkan rencana pembelajaran yang telah dirumuskan sehingga taraf validitas suatu isi tes dinyatakan dalam suatu koefisien validitas tes – 1,00 sampai dengan 1,00. koefisien validitas dapat dihitung dengan menggunakan teknik korelasi product momen.
rh = ( sugiyono, 2008 : 255 )
keterangan :
rh : koefisien korelasi
∑ X : jumlah skor per item
∑ Y : jumlah seluruh skor ( skor total )
n : jumlah respoden dalam uji instrumen
Untuk memberikan interprestasi mengenai besarnya koefisien korelasi, peneliti berpedoman pada.
Tabel 1.
Interprestasi Koefisien Validitas
Koefisien Korelasi Interprestasi
0,800 sampai dengan 1,000
0,600 sampai dengan 0,799
0,400 sampai dengan 0,599
0,200 sampai dengan 0,399
0,000 sampai dengan 0,199 Sangat tinggi
Tinggi
Cukup tinggi
Rendah
Sangat rendah ( tidak Valid )
( Riduan, 2004 : 98 )
3.2.2 Reliabilitas Data
Suatu instrumen dikatakan reliabel jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur objek yang sama dan menghasilkan data yang sama ( sugiyono, 2005 : 267 ). Menghitung nilai reliabelitas menggunakan rumus Alfa Cronboch sebagai berikut :
( sugiyono, 2005 : 282 )
Keterangan :
: nilai reliable
: jumlah varian skor setiap item
Si2 : varian total
K : jumlah item
3.3 Observasi
Observasi yang dilakukan bertujuan untuk memperoleh informasi secara langsung, yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti dan pencatatan secara sistematis ( sudjana, 1989 : 84 ). Adapun hal-hal yang di observasi adalah aktifitas siswa pada waktu belajar yang meliputi :
Siswa tidak mengobrol dengan siswa sebangku
Siswa tidak mengerjakan pekerjaan lain pada saat guru mengajar
Siswa membawa buku penunjang pelajaran
Siswa memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru
Siswa mencatat hal-hal penting dari penjelasan guru
Siswa berani bertanya kepada guru
Siswa berani mengungkapkan pendapat
Siswa menjawab pertanyaan guru
Siswa mengerjakan tugas yang diberikan
Siswa mengumpulkan tugas tepat waktu
Siswa tidak keluar masuk kelas
Siswa tidak membuat keributan saat guru menjelaskan materi
3.4 Teknik Analisis Data
3.4.1 Analisis Data Hasil Belajar ( Dokumentasi dan Tes )
3.4.1.1 Data Dokumentasi
Data dokumentasi dan tes yang diperoleh dianalisis dengan cara sebagai berikut :
1. Menjumlahkan skor semua siswa
2. Mencari nilai rata-rata ( mean ) dan simpangan baku ( standar deviasi )
Me = ( Arikunto, 2003 : 264 )
Keterangan :
Me : Mean ( rata-rata )
: jumlah skor seluruh rata-rata(nilai x ke-1 sampai ke-n)
n : banyaknya subjek
Keterangan :
Sd : Standar Deviasi
: tiap skor dikudratkan lalu dijumlahkan kemudian
dibagi banyak siswa
: semua skor dijumlahkan dibagi N lalu dikuadratkan
3. Menentukan batas-batas kelompok
Semua siswa yang mempunyai skor sebanyak skor rata-rata plus satu standar deviasi ( Sd ) ke atas digolongkan pada kelompok atas ( tinggi ), semua siswa yang mempunyai skor antara -1 Sd dan + 1 Sd digolongkan pada kelompok sedang, sedangkan bagi siswa yang mempunyai skor -1 Sd dan yang kurang dari itu digolongkan pada kelompok kurang/sedang ( Arikunto, 2003 : 264 )
Adapun tolak ukur tingkat keberhasilan tes adalah sebagai berikut
o Skor rata-rata 80-100 = sangat baik
o Skor rata-rata 66-79 = baik
o Skor rata-rata 56-65 = cukup ( Arikunto, 2002 : 171 )
o Skor rata-rata 40-55 = kurang
o Skor rata-rata 0-39 = sangat kurang
3.2.1.2 Analisa Data Observasi ( Aktifitas Belajar )
Data yang didapat melalui lembar observasi diberi skor berdasarkan petunjuk penilaian sesuai dengan penelitian pengamat dalam proses belajar. Penelitian tersebut berdasarkan deskriptor yang muncul ketika melakukan pengamatan dan dihitung dengan rumus :
Skor observasi setiap siswa = Deskriptor yang tampak
Jumlah maksimum deskriptor
Skor observasi total rata-rata = Jumlah total skor observasi seluruh siswa
Jumlah total pertemuan
Kemudian dibuat rentang hasil modifikasi berdasarkan banyaknya indikator(Sophuan, dalam Candra, 2005 ) yaitu disajikan pada tabel dibawah ini
Tabel 2.
Predikat Aktifitas Siswa
SKOR RATA-RATA PREDIKAT
0,81-1,00
0,61-0,80
0,41-0,60
0,21-0,40
≤ 0,20 Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Kurang Sekali
3.4 Uji Normalitas Data
Uji normalitas data ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah data yang akan dianalisis normal atau tidak, katena uji t baru dapat digunakan apabila data tersebut terdistribusi normal.
Langkah-langkah yang digunakan untuk uji t adalah :
a) Rentang ( Rank ) = data terbesar – data terkecil
b) Banyak kelas interval = 1 + 3,3 log n
c) Panjang kelas interval ( P ) =
d) Mencari rata-rata dari masing-masing kelompok data yang dirumuskan
( Sudjana, 2002 : 70 )
Keterangan :
x = rata-rata
x1 = tanda kelas interval
f1 = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas interval
e) Modus
( Sudjana, 2002 : 77 )
Keterangan :
= modus
b = atas bawah kelas modal
p = panjang kelas
b1 = frekuensi kelas modal dikurangi frekuensi kelas interval dengan
tanda kelas yang lebih kecil sebelum tanda kelas modal
b2 = frekuensi kelas modal dikurangi frekuensi kelas interval dengan
tanda kelas yang lebih besar sesudah tanda kelas modal
f) Simpangan baku / Standar deviasi :
( Sudjana, 2002 : 95 )
Keterangan :
S2 = simpangan baku / standar deviasi
x1 = tanda kelas interval
f1 = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas interval
n = banyak data
g) Menguji kenormalitasan data dengan rumus kemiringan yaitu rumus Karl Pearson dalam bentuk koefisien pearson
Keterangan :
K : kemiringan
x : rata-rata
Mo : Modus
S : simpangan baku
Data normal jika K terletak antara -1 sampai +1 (-1
3.5 Uji Homogenitas
Uji homogenitas data dilakukan untuk membuktikan bahwa sampel yang diambil berasal dari populasi yang sama. Pengujian sampel dalam penelitian ini menggunakan tes Barlett dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Varians gabungan
( sudjana, 2002 : 263 )
b. Harga satuan
( sudjana, 2002 : 263 )
c. Uji Barlett menggunakan statistic Chi Kuadrat
( sudjana, 2002 : 263 )
Dengan In 10 = 2,3026 disebut logaritma asli dari bilangan 10
Dalam sampel penelitian ini digunakan taraf nyata (α) = 0,05 dan dk= k-1 dan peluang ( 1-α ) kedua sampel dapat dikatakan berasal dari populasi yang homogen apabila x2hitung < x2tabel
3.6 Uji Hipotesis Data
Pada penelitian ini, peneliti ,menggunakan t-test dan t-tes untuk dua sampel digunakan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
( sugiyono, 2008 : 273 )
sampel berpasangan ( Related )
PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ATTENTION, RELEVANCE, CONFIDENCE, SATISFACTION ( ARCS ) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA NEGERI 3 PRABUMULIH
A. Latar Belakang
Salah satu masalah dalam pembelajaran di sekolah adalah rendahnya hasil belajar siswa. Rendahnya hasil belajar siswa ini mengakibatkan adanya pandangan buruk terhadap kualitas ( mutu ) pendidikian di Indonesia, begitu banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk turut membantu peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, mulai dari pembangunan gedung-gedung sekolah, pengadaan sarana prasarana sekolah, sampai kepada perbaikan kualitas tenaga kependidikan melalui program sertifikasi. Kemudian lahirnya UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen juga merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan tanah air. Salah satu poin penting dari undang-undang tersebut adalah guru sebagai profesi.
Guru profesional harus memiliki kompetensi akademik dan kompetensi professional sebagai suatu keutuhan. Kompetensi pedagogik, professional, kepribadian dan sosial yang dirumuskan dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 harus dilihat sebagai suatu keutuhan yang tak terpisahkan dari kompetensi penguasaan bahan ajar yang terkandung di dalam kurikulum, sehingga dapat terwujud harapan yang baik bahwa seorang guru ataupun dosen dapat betul-betul memiliki kemampuan profesional yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma-norma tertentu.
Salah satu kemampuan dan keahlian professional utama yang harus dimiliki oleh para pendidik adalah kemampuan bidang pendidikan dan keguruan, khususnya terkait dengan strategi pembelajaran. Seorang guru tidak hanya dituntut untuk menguasai bidang studi yang akan diajarkannya saja, tetapi juga harus menguasai dan mampu mengajarkan pengetahuan dan keterampilan tersebut pada peserta didik.
Guru sebagai komponen penting dari tenaga kependidikan, memiliki tugas untuk melaksanakan proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut, guru diharapkan bisa menerapkan strategi pembelajaran seperti apa yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran di kelas.
Pada dasarnya strategi merupakan cara dan seni dalam menggunakan sumber daya untuk mencapai suatu tujuan tertentu dan Pembelajaran sendiri berarti upaya membelajarkan siswa ( Dengeng dalam Wena, 2009:2). Dengan demikian strategi pembelajaran berarti cara dan seni untuk menggunakan semua sumber belajar dalam upaya membelajarkan siswa.
Sebagai suatu cara, strategi pembelajaran dikembangkan dengan kaidah-kaidah tertentu sehingga membentuk suatu bidang pengetahuan tersendiri. Sebagai suatu bidang pengetahuan, strategi pembelajaran dapat dipelajari dan kemudian diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan sebagai suatu seni, strategi pembelajaran kadang-kadang secara implisit dimilki oleh seseorang tanpa pernah belajar secara formal tentang ilmu strategi pembelajaran (Wena, 2009: 3).
Misalnya banyak tenaga pengajar/guru yang tidak memiliki latar belakang keilmuan tentang strategi pembelajaran, namun mampu mengajar dengan baik dan siswa yang diajar merasa senang dan termotivasi. Sebaliknya, ada guru yang telah menyelesaikan pendidikan keguruannya secara formal dan memiliki pengalaman mengajar yang cukup lama, namun dalam mengajar yang dirasakan siswanya tidak begitu nyaman dan menyenangkan. Hal inilah yang menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat dianggap sebagai suatu seni, yaitu kemampuan (cara) mengajar yang dimiliki seseorang diperoleh tanpa harus belajar ilmu cara mengajar secara formal.
Penggunaan strategi dalam kegiatan pembelajaran sangat perlu karena untuk mempermudah proses pembelajaran dan dapat mencapai hasil yang optimal. Tanpa strategi yang jelas, proses pembelajaran tidak akan terarah sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sulit tercapai secara optimal, dengan kata lain pembelajaran tidak dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Strategi pembelajaran sangat berguna, baik bagi guru maupun siswa. Bagi guru strategi dapat dijadikan pedoman dan acuan bertindak secara sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran. Bagi siswa, dapat mempermudah proses belajar, (mempermudah dan mempercepat memahami isi pembelajaran), karena setiap strategi pembelajaran dirancang untuk mempermudah proses belajar siswa yang berujung pada peningkatan hasil belajar siswa, secara skematis dapat dilihat pada gambar dibawah ini;
Hubungan strategi pembelajaran-guru-siswa-hasil belajar (Wena, 2009:3)
Setelah melihat gambar mengenai hubungan strategi pembelajaran, guru dan hasil belajar siswa maka penulis menangkap bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru harus memiliki strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kondisi pembelajaran dan karakteristik siswa untuk kemudian diterapkan dalam kegiatan pembelajaran, sehingga dapat membantu dalam peningkatan hasil belajar siswa.
Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu; faktor internal dan faktor eksternal. 1) faktor internal merupakan keadaan atau kondisi jasmaniah dan rohaniah siswa yang terdiri dari aspek fisiologi yaitu aspek jasmaniah serta tingkat kebugaran organ tubuh, sehingga dapat mempengaruhi semangat siswa dalam mengikuti kegitan pembelajaran. Dan aspek psikologis terdiri dari tingkat kecerdasan, sikap, bakat, minat, dan motivasi siswa. 2) faktor eksternal yaitu a) kondisi linkungan diluar siswa yang terdiri dari lingkungan sosial, nonsosial, dan pendekatan belajar. Dimana lingkungan sosial terdiri dari sekolah dan siswa. Lingkungan sekolah seperti para guru, staf administrasi, dan teman-teman yang dapat mempengaruhi semangat siswa. Lingkungan siswa terdiri dari masyarakat, tetangga dan teman sebaya. b) lingkungan nonsosial seperti gedung sekolah, rumah tempat tinggal, keluarga, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan. c) faktor pendekatan belajar seperti jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan guru untuk melakukan kegiatan pembelajaran.
Dari berbagai faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut, terlihat bahwa strategi pembelajaran juga menjadi salah satu faktor yang turut menentukan hasil belajar siswa. Hal ini berarti seorang guru harus bisa memilih strategi yang tepat dalam kegiatan pembelajaran di kelas agar kegiatan pembelajaran dapat terasa menyenangkan dan menghasilkan pembelajaran yang optimal.
Pada dasarnya strategi pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga jenis ( Wena, 2009: 34 ) yaitu (1) strategi pengorganisasian (organization strategy), (2) strategi penyampaian (Delivey strategy), dan (3) startegi pengelolaan (management strategy). Strategi pengorganisasian meliputi cara untuk menata isi suatu bidang studi yang berupa tindakan pemilihan isi/materi, format penataan isi atau penyajian peta konsep yang tersaji dengan urutan yang sesuai dan sejenisnya. Strategi penyampaian pembelajaran lebih menekankan pada media yang akan dipakai untuk menyampaikan materi pembelajaran, strategi penyampaian merupakan cara-cara yang dipakai untuk menyampaikan pembelajaran kepada siswa, dan sekaligus menerima dan merespon masukan dari siswa. Dengan demikian strategi ini digunakan untuk melaksanakan proses pembelajaran.
Strategi penyampaian juga mencakup lingkungan fisik, guru, bahan pembelajaran dan kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran. Dalam hal ini media pembelajaran merupakan komponen penting dari strategi penyampaian pembelajaran, selain media pembelajaran, interaksi siswa dengan media dan struktur belajar-mengajar juga merupakan komponen yang dibutuhkan dalam strategi penyampaian pembelajaran ( Dengeng dalam Wena, 2009: 9).
Sedangkan strategi Pengelolaan berkaitan dengan penataan interaksi antara siswa dan strategi pengorganisasian serta strategi penyampaian. Dalam proses belajar mengajar guru tidak cukup hanya menguasai strategi pengorganisasian isi atau penyampaian pembelajaran saja, tetapi guru juga harus mampu menguasai dan menerapkan strategi pengelolaan pembelajaran.
Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran di kelas dilakukan , seorang guru terlebih dahulu harus menata, ,engorganisasikan isi pembelajran yang akan diajarkan. Hal ini perlu dilakukan agar isi pembelajaran yang diajarkan mudah dipahami siswa. Demikian pula selama proses pembelajaran, guru diharapkan mampu menumbuhkan, menjaga/mempertahankan, dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Tanpa adanya motivasi belajar siswa yang tinggi, maka guru akan sulit untuk mencapai hasil pemnelajaran yang optimal. Untuk bisa menumbuhkan, menjaga, dan meningkatkan motivasi belajar siswa agar mencapai hasil belajar yang maksimal, guru bisa menerapkan strategi pengelolaan motivasional dalam tindak pembelajarannya, karena dalam proses pembelajaran guru tidak hanya memperhatikan metode dan media pembelajaran saja tetapi guru juga harus berusaha untuk selalu menjaga dan meningkatkan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran.
Banyak strategi pengelolaan yang dapat digunakan untuk menjaga motivasi belajar siswa diantaranya adalah strategi pengelolaan motivasi yang disebut ARCS yaitu meliputi; Attention (Perhatian), Relevance (Relevansi), Confidende (keyakinan/rasa percaya diri siswa), dan Satisfaction (Kepuasan), karena motivasi turut memberikan pengaruh kepada hasil belajar siswa maka guru diharapkan mampu menjaga dan meningkatkan motivasi belajar siswa melalui strategi pengelolaan model ARCS. Selain itu, startegi pengelolaan ARCS ini merupakan bagian yang amat penting dari pengelolaan interaksi siswa dengan pembelajaran; kegunaannya adalah untuk menjaga dan meningkatkan motivasi belajar siswa ( Dengeng 1989 dalam Wena, 2009: 35 ).
Keller (dalam Wena, 2009: ) juga menyebutkan bahwa terdapat empat komponen strategi pengelolaan motivasi, yaitu sebagai berikut.
a. membangkitkan dan mempertahankan perhatian
b. menciptakan relevansi isi pembelajaran
c. menumbuhkan keyakinan pada diri siswa
d. menumbuhkan rasa puas pada siswa terhadap pembelajaran.
Peningkatan motivasi belajar siswa yang siginifikan akan membantu guru
dalam proses pembelajaran yaitu meningkatkan hasil belajar, melalui penerapan Startegi Pembelajaran model ARCS guru bisa mengetahui seberapa besar motivasi belajar siswa dengan melihat seberapa jauh perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran, seberapa jauh siswa merasakan ada kaitan atau relevansi pembelajaran dengan kebutuhannya, seberapa jauh siswa merasa yakin terhadap kemampuannya dalam mengerjakan tugas-tugas pembelajaran, serta seberapa jauh siswa merasa puas terhadap kegiatan belajar yang telah dilakukan. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa strategi pembelajaran motivasional ARCS sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam tujuan yang ingin dicapain dalam pembelajaran, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “ Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction ( ARCS ) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 3 Prabumulih “.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Adakah pengaruh penerapan strategi pembelajaran Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction ( ARCS ) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 3 Prabumulih ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan strategi pembelajaran Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction ( ARCS ) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 7 Prabumulih.
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Guru
Sebagai motivasi dan variasi bagi guru maupun calon guru untuk meningkatkan penguasaannya terhadap penggunaan strategi pembelajaran yang tidak hanya terfokus pada pola penyampaian materi dan media pembelajaran saja tetapi juga lebih menekankan pada pengelolaan dan peningkatan motivasi belajar siswa, sehingga tercapai tujuan dan hasil pembelajaran yang optimal.
b. Bagi Siswa
Penerapan strategi yang sesuai diharapkan mampu membuat siswa merasa nyaman dan menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran dan dapat menjaga motivasi belajar siswa melalui pengelolaan motivasi yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman tentang strategi pembelajaran
yang sesuai untuk bisa diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di kelas yang bermuara pada hasil pembelajaran yang optimal.
E. TINJAUAN PUSTAKA
1. Strategi Pembelajaran
Dalam mewujudkan kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien, para guru dituntut memiliki strategi tersendiri yang sesuai dengan kondisi pembelajaran. Guru diharapkan mampu memilih strategi seperti apa yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran strategi berkaitan dengan cara penggunaan berbagai sumber daya (guru dan media) untuk tujuan pembelajaran. Terdapat banyak pendapat dari ahli pembelajaran mengenai definisi dari strategi pembelajaran, yaitu.
a. Gerlach dan Ely (dalam Uno Hamzah,2009 : 1) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu yang meliuti sifat lingkup dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar peserta didik.
b. Dick dan Carey (dalam Uno hamzah, 2009:1) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Strategi pembelajaran juga tidak hanya terbatas pada prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi atau paket program pembelajaran yang akan disampaikan pada peserta didik.]
c. Gropper (dalam Uno, Hamzah, 2009:1) juga menjelaskan strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, dan setiap tingkah laku yang diharakan data tercapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajarnya harus dapat dipraktikan.
Selain tiga pendapat diatas Wena (2009 :3) juga menyebutkan definisi dari strategi pembelajaran adalah cara dan seni untuk menggunakan semua sumber belajar dalam upaya membelajarkan siswa. Sebagai suatu cara, strategi pembelajaran dikembangkan dengan kaidah-kaidah tertentu untuk membentuk suatu bidang pengetahuan tersendiri.
Memperhatikan beberapa pengertian mengenai strategi pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah cara-cara dan seni yang akan dipilih oleh seorang pengajar (guru) untuk kemudian digunakan dalam menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal di akhir kegiatan belajar. Pemilihan strategi tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik siswa yang dihadapi dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran.
2. Strategi Pembelajaran Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction (ARCS)
Wena (2009) menyebutkan pada dasarnya strategi pembelajaran diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu (1) strategi pengorganisasian (organization strategy) (2) strategi penyampaian (delivery strategy) (3) strategi pengelolaan (management strategy).
Strategi pengorganisasian (organization strategy), berkaitan dengan kegiatan seperti pemilihan isi, penataan isi, dan sejenisnya; strategi penyampaian (delivery strategy) berkaitan dengan cara penyampaian pembelajaran ada siswa; sedangkan strategi pengelolaan akan berkaitan dengan penataan interaksi antara siswa dan strategi pengorganisasian serta strategi penyampaian. Dalam pembahasan penelitian ini selanjutnya akan membahas mengenai strategi pengelolaan.
Dalam proses belajar mengajar guru tidak hanya dituntut menguasai strategi pengorganisasian isi atau penyampaian pembelajaran saja, tetapi guru harus mampu menguasai dan menerapkan strategi pengelolaan pembelajaran. Strategi pengelolaan pembelajaran yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah strategi pengelolaan motivasional, banyak strategi pengelolaan motivasi yang dapat digunakan oleh guru, salah satunya adalah strategi pengelolaan motivasinal ARCS, yang memiliki empat komponen yaitu Attention (perhatian), Relevance(relevansi), Confidence(keyakinan diri siswa), Satisfaction(kepuasan siswa). Strategi ARCS ini dikembangkan oleh Keller (1987) yang merupakan strategi merancang pembelajaran tentang cara menjaga, mengelola, meningkatkan motivasi untuk mempengaruhi motivasi berprestasi dan peingkatan hasil belajar. Motivasi dianggap sebagai suatu factor yang cukup penting yang mempengaruhi hasil belajar. Motivasi sebagai intensitas dan arah suatu perilaku serta berkaitan dengan pilihan yang dibuat sesorang untuk mengerjakan atau menghindari suatu tugas serta menunjukkan tingkat usaha yang dilakukannya, maka secara operasional motivasi belajar ditentukan oleh indicator-indikator sebagai berikut:
a. tingkat perhatian siswa
b. tingkat relevansi pembelajaran dengan kebutuhan siswa
c. tingkat keyakinan siswa terhadap kemampuannya dalam mengerjakan tugas-tugas pembelajaran, dan
d. tingkat kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan (Keller dalam Wena,2009:33)
Strategi ARCS dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicaai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu (Hermana, 2009: 56)
Dari dua komponen itu oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen yaitu perhatian (attention), relevansi (relevance), keyakinan (confidence), dan kepuasan siswa (satisfaction) dengan akronim ARCS.
Strategi ini adalah strategi yang cukup menarik karena dikembangkan atas dasar teori belajar dan pengalaman nyata (Bohlin dalam Hermana, 2010:56). Dapat disimpulkan Strategi ARCS adalah suatu strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelolaan dan peningkatan motivasi belajar siswa melalui empat komponen yaitu Attention (perhatian), Relevance(relevansi), Confidence(keyakinan diri siswa), Satisfaction(kepuasan siswa) yang pada akhirnya mengarah pada peningkatan hasil belajar siswa.
2.1. Komponen Strategi ARCS
2.1.1. Attention ( Perhatian )
Perhatian merupakan salah satu poin penting dalam menjaga motivasi belajar siswa. Minat/perhatian merupakan alat yang sangat berguna dalam usaha memepengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Woodruff seperti dikutip oleh Callahan (dalam Hermana, 2009: 59 ) bahwa sesungguhnya belajar tidak terjadi tanpa adanya minat/perhatian. Keller (dalam Hermana, 2009 :58 ) juga menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran minat/perhatian tidak hanya harus dibangkitkan melainkan juga harus dipelihara selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Guru harus memperhatikan berbagai bentuk dan memfokuskan pada minat/perhatian dalam kegiatan pembelajaran. Adanya minat/perhatian siswa terhadap tugas yang diberikan dapat mendorong siswa melanjutkan tugasnya. Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu yang menarik sesuai dengan perhatian mereka. Membangkitkan dan memelihara perhatian merupakan usaha menumbuhkan keingintahuan siswa yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.
Secara garis besar ada tiga jenis strategi untuk membangkitkan dan mepertahankan perhatian siswa dalam pembelajaran (Wena,2009:36), yaitu
a. Membangkitkan daya persepsi siswa
Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan suatu hal yang baru, mengherankan, tidak layak ataupun dengan memberikan perubahan-perubahan rangsangan secar mendadak, misalnya dengan gerakan tubuh, nada suara, dan sebagainya
b. Menumbuhkan hasrat ingin meneliti,
Hal ini dapat dilakukan dengan jalan merangsang perilaku yang selalu ngin mencari informasi dengan mengajukan pertanyaan atau masalah yang memerlukan pemecahan masalah oleh siswa sendiri. Dengan adanya pertanyaan atau masalah yang ditujukan pada siswa, diharapkan perhatian siswa akan lebih terfokus pada kegiatan pembelajaran
c. Menggunakan elemen pembelajaran yang bervariasi
Dalam usaha mempertahankan perhatian siswa terhadap pembelajaran, dapat dilakukan dengan jalan menggunakan elemen atau unsur-unsur pembelajaran yang beraneka ragam. Keller (dalam Wena, 2009) mengungkapkan, variasi dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan memvariasikan format tulisan dalam teks, menyajikan gambar-gambar yang bervariasi, dan warna yang beraneka ragam. Dengan melakukan hal yang demikian diharapkan perhatian siswa terus tertuju ada pembelajaran.
2.1.2. Relevance (Relevansi/Mengaitkan pembelajaran dengan kebutuhan siswa)
Komponen yang kedua dari strategi ARCS adalah relevansi atau mengaitkan pembelajaran dengan kebutuhan siswa. Komponen ini merupakan komponen yang berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan dating. Siswa merasa kegiatan yang pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan berguna bagi kehidupan mereka. Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu jika terdapat relevansinya dengan kehidupan mereka, dan memiliki tujuan yang jelas. Sesuatu yang memiliki arah dan tujuan yang jelas serta ada manfaat dan relevan dengan kehidupan akan mendorong individu untuk mencapai tujuan tersebut. Melalui adanya tujuan yang jelas mereka akan mengetahui kemampuan yang dimiliki dan pengalaman yang didapat. Mereka juga akan mengetahui kesenjangan antara kemampuan yang dimiliki dengan kemampuan yang baru didapat itu dan kesenjangan tersebut berkurang. Ada tiga unsur yang dapat digunakan guna meningkatkan relevansi isi pembelajaran dengan kebutuhan siswa (Wena,2009:39), yaitu
a. Menumbuhkan keakraban dan kebiasaan yang baik
Dalam usaha menumbuhkan keakraban pada diri siswa terhadap pembelajaran dapat dilakukan dengan cara menggunakan atau pemakaian bahasa yang konkret, contoh, dan konsep yang berkaitan atau berhubungan dengan pengalaman dan nilai kehidupan siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Minstrell (dalam Wena ,2009:39) bahwa untuk meningkatkan pemahaman pada diri siswa, guru harus mampu mengaitkan pengalaman keseharian siswa atau konsep yang telah ada dalam benak siswa dengan isi pembelajaran yang akan dibahas. Gagne dan Berliner (dalam Wena,2009:39) juga menyebutkan bahwa jika dalam kegiatan pembelajaran, isi pembelajaran dikaitkan dengan sesuatu yang telah dikenal atau dipelajari sebelumnya, dan siswa akan termotivasi dalam belajarnya. Dengan strategi yang demikian, siswa akan merasakan relevansi pembelajaran yang dihadapinya dengan pengalaman hidupnya.
b. Menyajikan isi pembelajaran yang berorientasi pada tujuan
Cara lain unutk meningkatkan relevansi pembelajaran adalah dengan
menyajikan pernyataan atau contoh-contoh yang sesuai dengan tujuan dan kegunaan pembelajaran. Hakikat dari pemberitahuan tujuan pembelajaran adalah menginformasikan apa yang harus dicapai siswa pada akhir pembelajaran. Dengan demikian, setiap kegiatan pembelajaran selalu dapat diarahkan pada tujuan yang telah ditetapkan, dan sudah menjad kewajiban guru untuk mengatakan dengan jelas tujuan yang harus dicapai oleh siswa.
c. Menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai
Dalam hal ini untuk menciptakan relevansi terhadap pembelajaran dilakukan dengan menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan profil/karakteristik siswa. Guru harus memahami profil siswa seperti tingkat perkembangan siswa, gaya kognitifnya, dan kebasaan belajarnya. Dengan diketahuinya hal tersebut, guru akan lebih mudah menyesuaikan strategi yang digunakan profil siswa, dan siswa akan merasa senang dalam mengikuti pembelajaran.
Strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa juga harus sesuai dengan karakteristik isi pembelajaran agar siswa lebih cepat memahami isi pembelajaran yang disampaikan.
2.1.3. Confidence (Rasa Yakin diri siswa)
Komponen yang ketiga adalah Confidence (Rasa Yakin diri siswa), yaitu menumbuhkan rasa yakin (percaya diri) pada siswa. Komponen ini erat kaitannya dengan sikap percaya, yakin akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil. Menurut Gagne dan Driscoll (dalam Hermana,2009 :58 ), seseorang yang memiliki sikap percaya diri yang tinggi cenderung akan berhasil bagaimanapun kemampuan yang ia miliki. Sikap seseorang yang merasa yakin, percaya dapat berhasil mencapai sesuatu akan mempengaruhi mereka dalam bertingkah laku untuk mencapai keberhasilan tersebut. Sikap ini mempengaruhi kinerja aktual seseorang, dan perbedaan dalam sikap ini menimbulkan perbedaan dalam kinerja. Sikap yakin, percaya atau ada harapan untuk berhasil akan mendorong individu bertingkah laku untuk mencapai suatu keberhasilan (Petri dalam Hermana, 2009:59). Siswa yang memiliki sikap percaya diri memiliki penilaian positif tentang dirinya cenderung menampilkan prestasi yang baik secara terus menerus. Sikap ini perlu ditanamkan kepada siswa untuk mendorong mereka agar berusaha dengan maksimal guna mencapai keberhasilan yang optimal. Sikap yakin dan penuh percaya diri serta merasa mampu melakukan sesuatu dengan berhasil, siswa akan terdorong untuk melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya untuk dapat mencapai hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Wena (2009) juga menyebutkan ada cara yang dapat digunakan dalam menumbuhkan rasa percaya diri siswa yaitu sebagai berikut.
a. Menyajikan prasyarat belajar
Menumbuhkan percaya diri pada siswa dapat dilakukan dengan membantu siswa memperkirakan atau mengukur kemampuannya untuk mencapai kesuksesan, dengan jalan menyajikan prasyarat unjuk kerja kriteria evaluasi
b. Memberikan kesempatan untuk sukses
Menumbuhkan harapan siswa untuk sukses merupakan salah satu syarat membangkitkan keyakinan pada diri siswa terhadap tugas-tugas pembelajaran (Keller dalam Wena,2009:42). Hal ini dapat dilakukan dengan menyajikan tingkat tantangan yang memungkinkan siswa mendapat pengalaman sukses yang bermakna dibawah kondisi belajar dan unjuk kerja tertentu. Siswa merasa yakin tentang apa yang dikerjakannya, dengan mengatakan bahwa ia pasti akan sukses melakukannya dan pada diri siswa akan tumbuh harapan untuk sukses
c. Memberikan kesempatan melakukan kontrol pribadi
Dalam hal ini untuk menumbuhkan keyakinan pada diri siswa dilakukan dengan menyajikan umpan balik dan kesempatan untuk mengendalikan atau mengatur kemampuan atribusi internal akan kesuksesannya. Berikan umpan balik atau penguatan yang dapat mendorong usaha atau kemampuan siswa guna mencapai kesuksesan. Ardhana (dalam Wena, 2009:43) mengatakan, atribusi yang diberikan oleh individu terhadap sebab-sebab tindakannya mengakibatkan timbulnya penilaian tertentu terhadap diri sendiri dan sejumlah reaksi yang menyertainya, dan juga mempeengaruhi motivasi, pengaharapan serta prestasi yang akan diraihnya di masa mendatang. Berdasarkan pemikiran tersebut, dalam proses pembelajaran guru harus mampu memberikan atribusi (yang berwujud penguatan) pada diri siswa dan siswa merasa yakin akan tindakan-tindakan selanjutnya.
2.1.4. Satisfaction (Kepuasan siswa)
Komponen yang kelima dari strategi ARCS adalah Satisfaction (Kepuasan siswa), yaitu yang berhubungan dengan rasa bangga, puas atas hasil yang dicapai. Dalam teori belajar satisfaction adalah reinforcement (penguatan). Siswa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga/puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan berikutnya (Gagne dalam Hermana,2009:65). Reinforcement atau penguatan yang dapat memberikan rasa bangga dan puas ada siswa adalah penting dan perlu dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Keller (dalam Hermana,2009:65) berdasarkan teori kebanggaan, rasa puas dapat timbul dari dlam individu sendiri yang disebut kebanggan intrinsik yaitu individu merasa puas dan bangga telah berhasil mengerjakan, mencapai atau mendapat sesuatu. Kebanggaan dan rasa puas ini juga dapat timbul dari pengaruh luar individu, yaitu dari orang lain atau lingkungan yang disebut kebanggan ekstrinsik. Sesorang merasa bangga dan puas karena apa yang dikerjakan dan dihasilkan mendapat penghargaan baik bersifat verbal maupun nonverbal dari orang lain atau lingkungan. Guru dalam kegiatan pembelajaran dapat melakukan dengan cara sebagai berikut. (Wena,2009:45)
a. Menyajikan latar belajar yang alami
Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan menyajikan kesempatan untuk menggunakan pengetahuan atau keterampilan yang baru dikuasainya dalam situasi nyata yang menantang, dengan demikian siswa akan merasa puas karena mampu menerapkan keterampilan-keterampilan baru yang telah dipelajarinya.
b. Memberikan penguatan yang positif
Dalam hal ini untuk menumbuhkan kepuasan dilakukan dengan memberikan umpan balik dan penguatan yang akan mempertahankan perilaku yang diinginkan. Gagne juga menyatakan bahwa umpan balik sebagai fase terakhir dalam proses pembelajaran merupakan suatu proses penguatan; dan ini sangat penting artinya dalam kehidupan manusia, khususnya dalam kaitan yang berhubungan dengan pembelajaran. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya suatu umpan balik dalam proses pembelajaran guna meningkatkan motivasi belajar siswa.
c. Mempertahankan standar pembelajaran secara wajar
Hal ini dilakukan dengan jalan mempertahankan standar dan konsekuensi secara konsisten pada setiap penyelesaian tugas pembelajaran. Dengan demikian siswa akan merasa puas dan termotivasi dalam setiap melakukuan atau menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Hal ini disebabkan setiap tugas pembelajaran yang dihadapi, sesuai dengan kemampuannya dan siswa tidak merasa kesulitan dalam menyelesaikannya.
2.2. Langkah-Langkah Operasional ( Pelaksanaan) Strategi Pembelajaran ARCS
Secara operasional penerapan strategi ARCS (Wena,2009) dapat dilihat sebagai berikut;
No Tahapan Pembelajaran
(Strategi Pengelolaan ARCS) Proses Tindakan Bentuk Perlakuan
1 Attention (Menarik Perhatian)
a. Membangkitkan daya Persepsi Apa yang harus dilakukan untuk membangkitkan minat siswa? • Menggunakan efek audio visual, misalnya dengan menggunakan animasi, cahaya, kemampuan suara dan audio visual lainnya dalam pembelajaran
• Menggunakan peristiwa atau kontens yang tidak biasa,kontradiktif, atau hal yang aneh untuk merangsang perhatian siswa, tetapi tetap pada batas wajar
• Menghindari gangguan, dengan jalan menghindari hal-hal yang dapat mengalihkan perhatian.
b. Membangkitkan keinginan
untuk meneliti/bertanya Bagaimana saya dapat merangsang/membangkitkan sikap meneliti pada siswa? • Aktif merespon, yaitu merangsang minat siswa dengan menggunakan interaksi pertanyaan-respon-umpan balik, yang mempersyaratkan berpikir aktif
• Menciptakan masalah, yaitu memberi kesempatan siswa untuk memecahkan masalah
• Menciptakan misteri, yaitu menciptakan situasi pemecahan masalah dalam konteks yang membutuhkan eksplorasi dan daya pengungkapan rahasia pengetahuan
c.Menggunakan elemen pembelajaran yang bervariasi Bagaimana saya dapat mempertahankan minat siswa? • Meringkas bagian pembelajaran dan menggunakannya secara efektif dalam bahan ajar/buku
• Menciptakan respon yang saling mempengaruhi dalam pembelajaran dengan menyajikan informasi yang beraneka ragam secara interaktif
• Mengintegrasikan media yang fungsional, yaitu menggunakan yang efektif dan seimbang sebagai bagian dari pembelajaran
2 Relevance (Meningkatkan Relevansi)
a. Menyajikan isi pembelajaran yang berorientasi pada tujuan/kompetensi Bagaimana saya dapat memenuhi dengan baik keinginan siswa dana bagaimana saya bias mengetahui kebutuhannya? • Menggunakan suatu pernyataan tujuan yang jelas serta penting dan berguna
• Memberi kesempatan pada siswa untuk memilih tipe tujuan yang berbeda yang sesuai dengan strategi dan hasil
b. Menggunakan strategi yang sesuai Bagaimana dan kapan saya dapat memberikan pilihan, tanggung jawab dan pengaruh yang sesuai? • Memberi kesempatan pada siswa memilih tujuan yangberaneka ragam, yang sesuai dengan tingkat kesulitan, guna merangsang kebutuhan untuk berprestasi
• Menggunakan system skorsing dan system umpan balik terhadap unjuk kerja siswa, guna merangsang kebutuhan untuk berprestasi
• Menyajikan pilahn-pilihan yang memungknkan siswa bekerja bersama teman lainnya
c. Menciptakan keakraban Bagaimana saya dapat mengaitkan proses pembelajaran dengan pengalaman siswa? • Menggunakan bahasa dan gambar yang menarik, yaitu dengan menggunakan ungkapan-ungkapan yang biasa dikenal siswa
• Menggunakan iliustrasi untuk mengkonkretkan suatu konsep yang abstrak/tidak biasa bagi siswa
• Menggunakan contoh dan konteks yang familiar pada isi pembelajaran dan lingkungan sekitar yang sudah dikenal siswa
3 Confidence (Menumbuhkan keyakinan pada diri siswa)
a. Menyajikan prasyarat belajar Bagaimana saya dapat membantu menumbuhkan harapan positif untuk sukses? • Merancang secara jelas dan mudah dipahami struktur isi dan tujuan pembelajaran.
• Menjelaskan criteria evaluatif dan memberikan kesempatan untuk latihan dengan umpan balik.
• Menjelaskan prasyarat-prasyarat pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat membantu dalam mengerjakan tugas.
• Menjelaskan pada siswa berapa jumlah item dan berapa waktu yang diperlukan dalam setiap tes.
b. Memberikan kesempatan untuk sukses Bagaimana pengalaman belajar akan dapat mendorong dan meningkatkan kepercayaan siswa terhadap kemampuan/kompetensinya? • Membuat isi pembelajaran dari yang bersifat mudah ke sukar, dan memberikan rencana umpan balik yang teratur.
• Membuat pembelajaran yang sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan siswa, guna menjaga tingkat tantangan/kebosanan yang berlebihan.
• Memasukan peristiwa-peristiwa yang bersifat random selama pembelajaran dan menyelingi dengan tingkat tantangan yang tak terduga.
• Mengendalikan tingkat kesulitan dengan menambahkan batas waktu, kecepatan stimulus yang beraneka ragam.
c. Memberikan kesempatan melakukan kontrol pribadi Bagaimana siswa dapat mengetahui dengan pasti bahwa kesuksesannya didasari atas usaha dan kemampuannya? • Memberi atribusi (yang berwujud penguatan) pada diri siswa sehingga mereka merasa yakin akan tindakan-tindakan selanjutnya
4 Satisfaction (Menumbuhkan Kepuasan)
a. Memberi kesempatan mengaplikasikan pengetahuan yang baru dikuasai Bagaimana saya dapat memberikan kesempatan yang bermakna bagi siswa untuk menggunakan pengetahuan/keterampilan yang baru dikuasai? • Memberikan tugas-tugas yang mengharuskan siswa mengalikasikan pengetahuan atu ketarmpilan yang baru diperolehnya.
• Membuat isi pembelajaran/tugas-tugas sehingga pengetahuan dan keetrampilan yang baru diperoleh segera dapat digunakan dalam kegiatan berikutnya.
• Menggunakan simulasi pada akhir pembelajaran yang mengharuskan penggunaan pengetahuan atau keterampila yang baru diperoleh.
b. Merencanakan umpan balik/penguatan yang positif Penguatan bentuk apa yang akan diberikan atas kesuksesannya? • Menggunakan umpan balik motivasional yang positif atau ganjaran lain atas kesuksesan siswa, sesudah setiap respon yang mereka berikan secara tepat.
• Menghindari pemberian penguatan yang dapat mengurangi motivasi, misalnya memberikan pujian yang berlebihan pada suatu yang sederhana.
• Menggunakan ganjaran ekstrinsik atas respon yang benar dan jangan memberikan ganjaran pada respon yang salah.
c. Mempertahankan standar an konsekuensi secara konsisten Bagaimana saya dapat membantu siswa dalam menanamkan perasaan positif tentang prestasinya? • Menjaga struktur isi pembelajaran secara konsisten dengan pernyataan tujuan.
• Membuat tugas-tugas/tes agar tetap konsisten dengan tugas atau tes yang lainnya dan juga dengan tujuan pembelajaran
Sedangkan Hermana (2009) menyatakan terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan perhatian, melihat tingkat relevansi, mempengaruhi sikap percaya diri dan memberikan rasa puas siwa terhadap pembelajaran yaitu;
• Perhatian,
a. menggunakan cerita, analogi, sesuatu yang baru, aneh dan berbeda dari yang biasanya dalam pembelajaran
b. memberikan kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, misalnya, siswa diajak diskusi atau mengajukan pertanyaan yang perlu dipecahkan bersama
c. mengadakan variasi situasi pembelajaran misalnya, dari serius ke humor, dari cepat ke lambat, dan mengubah gaya mengajar
d. mengadakan komunikasi nonverbal seperti dengan demonstrasi dan simulasi.
• Relevansi,
a. Mengemukakan tujuan/sasaran yang akan dicapai
b. Mengemukakan manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa baik untuk sekarang ataupun yang akan dating
c. Menggunakan bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada hubungannya dengan pengalaman nyata atau nilai-nilai yang dimiliki siswa
• Percaya diri/ Tingkat keyakinan diri siswa,
a. Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta menanamkan pada siswa ga,baran diri positif terhadap diri sendiri, misalnya melalui potret seorang tokoh yang berhasil/sukses.
b. Menggunakan suatu patokan, standar yang memungkinkan siswa dapat mencapai keberhasilan.
c. Memberikan tugas yang bervariasi misalnya, dari mudah ke sukar tetapi cukup realistis untuk diselesaikan.
d. Memberi kesempatan pada siswa secara bertahap mandiri dalam belajar dan melatih suatu keterampilan.
• Kepuasan siswa,
Memberikan penguatan eksternal melalui pemberian penghargaan baik bersifat verbal maupun nonverbal. Memberikan sebuah permen sebagai kado/hadiah kecil karena siswa telah berhasil menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah ataupun tepukan tangan dari teman-teman sekelas akan memberikan kepuasan atau rasa bangga pada diri siswa selama atau setelah pembelajaran berakhir.
3. Hasil Belajar
Hasil belajar sering digunakan sebagai ukuran yang utama bagi prestasi siswa yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran.
Menurut Dimyati (2002:3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar, yang pada sisi guru dilihat melalui evaluasi proses pembelajaran dan pada sisi siswa merupakan puncak atau titik dari proses belajar.
Menurut Zurmaini (2006:14), hasil belajar merupakan keadaan peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran tertentu dalam jangka waktu tertentu yang diperoleh dengan mengadakan tes hasil belajar siswa.
Menurut Winkel (1999:53), hasil belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan, hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh dari aktivitas mental yaitu kegiatan pembelajaran yang menunjukkan tingkat keberhasilan seseorang dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor dan diperoleh dari hasil tes.
Hasil belajar ekonomi adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam mata pelajaran ekonomi selama proses pembelajaran itu berlangsung dalam memahami konsep, prinsip, hokum, dan percobaan serta mampu mengaplikasikannya dalam kehidupannya.
Adapun hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah nilai ekonomi yang diperoleh siswa melalui tes yang dapat dijadikan tolok ukur untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam penerapan strategi pembelajaran ARCS pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 3 Prabumulih.
4. Pengertian Ilmu Ekonomi
Ilmu ekonomi merupakan bagian dari ilmu sosial yang sering dgunakan untuk mengetahui tentang tata cara manusia dalam melangsungkan hidupnya, berinteraksi dalam memenuhi kebutuhannya dan memeperoleh kemakmuran.
Menurut Zurmaini (2006:14), ilmu ekonomi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari masalah bagaimana manusia memenuhi kebutuhan hidupnya dengan kegiatan produksi, pertukaran dan konsumsi untuk mencapai kemakmuran hidupnya.
Pengertian ilmu ekonomi (Diknas,2003) adalah ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang banyak, bervariasi dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi.
Sedangkan menurut Alam (2007:1) ilmu ekonomi adalah ilmu yang memberikan pengetahuan mengenai tindakan manusia dalam usaha memenuhi dan melangsungkan hidupnya dengan berbagai kebutuhan yang beraneka ragam dengan sumber daya yang terbatas melalui kegiatan ekonomi untuk mencapai kemakmuran.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari tentang usaha manusia dalam memenuhi kebutuhannya yang bervariasi dengan memaksimalkan sumber daya yang ada melalui kegiatan produksi, konsumsi dan distribusi demi tercapai kemakmuran.
5. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran ekonomi
Fungsi mata pelajaran ekonomi (Diknas,2004) adalah mengembangkan kemamampuan siswa untuk berekonomi dengan cara mengenal berbagai kenyataan dan peristiwa ekonomi, memahamo konsep dan teori serta berlatih dalam memecahkan masalah ekonomi yang terjadi di lingkungan masyarakat.
Tujuan Mata Pelajaran Ekonomi (Diknas,2004) adalah:
a. Membekali siswa sejumlah konsep ekonomi untuk mengetahui dan mengerti peristiwa ekonomi dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan setingkat individu atau rumah tangga, masyarakat dan Negara.
b. Membekali siswa sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi pada jenjang selanjutnya.
c. Membekali siswa nilai-nilai serta etika ekonomi dan memiliki jiwa wirausaha.
d. Meningkatkan kemampuan berkompetensi dan bekerjasama dalam masyarakat yang majemuk baik dalam skala nasional maupun internasional.
6. Hubungan Strategi Pembelajaran ARCS dan Hasil Belajar siswa
Strategi ARCS adalah suatu strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelolaan dan peningkatan motivasi belajar siswa melalui empat komponen yaitu Attention (perhatian), Relevance(relevansi), Confidence(keyakinan diri siswa), Satisfaction(kepuasan siswa) yang pada akhirnya mengarah pada peningkatan hasil belajar siswa.
Dalam kegiatan pembelajaran guru dituntut tidak hanya mampu menyampaikan materi pembelajaran dengan konsep/isi pembelajaran saja, tetapi dalam pembelajaran guru juga dituntut untuk mampu menjaga, mengelola dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Dimyati (2003) juga menjelaskan bahwa motivasi turut menjadi slah satu faktor yang menetukan hasil belajar. Berdasarkan faktor tersebut, dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya dibutuhkan strategi penyampaian atau pengorganisasian saja yang diperlukan melainkan strategi pengelolaan Motivasi seperti model ARCS ini juga dibutuhkan dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Melalui empat komponennya yaitu meningkatkan perhatian, menciptakan relevansi, membina dan meningkatkan percaya diri dan memberikan kepuasan pada diri siswa diharapkan siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan dan dapat memudahkan mereka dalam memahami dan mengerti materi yang dipelajari dan pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar siswa.
7. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ho : Tidak ada pengaruh penerapan strategi pembelajaran Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction ( ARCS ) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 3 Prabumulih.
Ha : Ada pengaruh penerapan strategi pembelajaran Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction ( ARCS ) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 3 Prabumulih.
F. Metodologi Penelitian
1. Variabel dan Definisi Operasional Variabel
1.1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian ( Sugiyono, 2003:31) adalah sesuatu hal yang berbentuk apa
saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun variabel dalam
penelitian ini adalah :
Variabel bebas (X) : Strategi Pembelajaran ARCS
Variabel terikat (Y) : Hasil Belajar
1.2 Definisi Operasional Variabel.
a. Strategi Pembelajaran ARCS adalah suatu strategi pembelajaran yang tercakup dalam stratgei pengelolaan motivasi yang memiliki komponen Attention ( perhatian ), Relevance ( relevansi), Confidence (keyakinan siswa), dan Satisfaction (kepuasan siswa). Strategi ini menitikberatkan operasionalnya ada empat komponen tersebut yaitu melalui (1) peningkatan perhatian, (2) menciptakan relevansi, (3) meningkatkan keyakinan diri siswa dan (4) memberikan kepuasan siswa terhadap pembelajaran.
Langkah-langkah dalam strategi pembelajaran ARCS :
- mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berupa materi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa
- mempersiapkan struktur/isi pembelajaran yang sistematis dan mempersiapkan media yang fungsional dan seimbang serta menyajikan peta konsep
- memilih metode penyampaian yang sesuai dan bervariasi
- menarik perhatian siswa dengan menyajikan suatu masalah yang mengherankan untuk kemudian dipecahkan
- menjelaskan tujuan pembelajaran yang kemudian dikaitkan dengan pengalaman siswa
- menumbuhkan rasa percaya diri siswa misalnya dengan menghadirkan potret seorang tokoh terkenal yang berhasil serta menanamkan prinsip-prinsip positif
- memberikan kepuasan siswa terhadap pembelajaran melalui penguatan-penguatan positif dari hasil tugas-tugas atau latihan yang telah dikerjakan siswa sehingga dapat menimbulkan rasa bangga dan puas pada diri siswa.
- Memberikan evaluasi baik berupa tugas ataupun latihan
b. Hasil Belajar siswa ialah kemampuan/nilai yang dimiliki oleh siswa dalam menguasai materi pada mata pelajaran ekonomi yang diperoleh melalui tes yang dinyatakan dalam bentuk angka. Tes ini diadakan setelah tiga kali penerapan strategi pembelajaran ARCS pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam bentuk esai.
2. Populasi dan Sampel
2.1. Populasi
Menurut Sugiyono (2008:118) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.. populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di SMA Negeri 3 Prabumulih tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 120 siswa dan terdiri dari 4 kelas, adapun rincian dari jumlah siswa terdapat pada tabel
Tabel 1. jumlah siswa kelas X di SMA Negeri 3 Prabumulih
No Kelas Jumlah siswa
1 X.1 30 siswa
2 X.2 30 siswa
3 X.3 30 siswa
4 X.4 30 siswa
Jumlah 120 siswa
2.2. Sampel
Sample adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengambilan sample dengan cara purposive sampling untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diambil dengan pertimbangan tertentu. Jumlah siswa kelas X di SMA Negeri 3 Prabumulih yang menjadi populasi terdiri dari 120 siswa yang kemudian dikelompokkan menjadi empat tingkatan kelas berdasarkan nilai yaitu, X.1 (nilai tinggi), X.2 (nilai sedang), X.3 (nilai sedang), X.4 (nilai rendah). Berdasarkan pertimbangan inilah peneliti menentukan sampel berdasarkan tingkatan kelas yang sama, maka didapatlah kelas X.2 sebagai kelas eksperimen dan kelas X.3 sebagai kelas kontrol yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Jumlah siswa masing-masing kelas yaitu 30 siswa jadi jumlah keseluruhan sampel adalah 60 siswa.
2.3. Langkah-Langkah Eksperimen
Adapun langkah-langkah eksperimen yang akan dilakukan dalam melaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Menentukan jenis penelitian yang akan dilakukan yaitu penelitian Kuasi experimental yang menggunakan design posttest-only controll design yaitu terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak kemudian masing-masing ditetapkan sebagai kelas eksperimen (mendapat perlakuan) dan kelas kontrol (tanpa perlakuan).
b. Membuat rencana pembelajaran dan memilih media pembelajaran yang sesuai
c. Penerapan strategi pembelajaran ARCS pada kelas eksperimen yaitu kelas X.2 dan pada kelas kontrol yaitu kelas X.3 tidak diterapkan strategi ARCS.
d. Melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi.
e. Setelah tiga kali pertemuan, peneliti akan memberikan tes yang berbentuk esai terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mendapatkan hasil belajar setelah siswa mengikuti pembelajaran.
f. Menghitung perbedaan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui dan membuktikan dengan penerapan strategi pembelajaran ARCS dapat memberikan pengaruh positif yanitu peningkatan hasil belajar siswa.
g. Menggunakan uji-t (T-Test) untuk menjawab hipotesis penelitian.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol yang akan diberikan perlakuan sebagai berikut.
1. Kelas Eksperimen :
a. Membuat rencana pembelajaran dan menyiapkan media pembelajaran
b. Melaksanakan proses pembelajaran dengan menerapkan strategi pembelajaran dengan pendekatan ARCS
c. Setelah tiga kali pertemuan akan dilakukan penilaian terhadap materi yang telah dipelajari dengan memberikan soal berbentuk esai
2. Kelas Kontrol
a. Membuat rencana pembelajaran dan menyiapkan media pembelajaran
b. Melaksanakan proses pembelajaran secara klasikal (biasa) tanpa memberi perlakuan
c. Setelah tiga kali pertemuan akan dilakukan penilaian terhadap materi yang telah dipelajari dengan memberikan soal berbentuk esai.
3. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan strategi pembelajaran dengan pendekatan ARCS terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 3 Prabumulih. Adapun teknik yang dipakai adalah:
3.1. Dokumentasi
Teknik ini digunakan peneliti untuk memperoleh data secara umum, yaitu jumlah siswa kelas X semester genap 2009/2010 di SMAN 3 Prabumulih secara keseluruhan. Selain itu teknik ini juga digunakan untuk memperoleh data prestasi berupa hasil belajar siswa yang berbentuk nilai yang telah dicapai peserta didik pada mata pelajaran ekonomi di semester ganjil tahun 2009/2010 atau nilai yang diperoleh sebelum diterapkannya strategi pembalajaran dengan pendekatan ARCS ini. Data ini diperoleh peneliti dari guru mata pelajaran ekonomi di SMAN 3 Prabumulih.
3.2. Tes
Tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa. Dalam hal ini tes diberikan pada kedua kelas yang dijadikan sample. Tes yang diberikan dalam penelitian ini adalah berbentuk esai yang sebelumnya dilakukan pengujian terhadap validitas dan reliabilitas tes tersebut. Tes diberikan setelah tiga kali pertemuan yang terdiri dari 10 soal esai.
3.2.1 Validitas data
Instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur ( sugiono, 2005 : 267 ). Dalam penelitian ini tes disesuaikan dengan materi ekonomi yang akan diajarkan berdasarkan rencana pembelajaran yang telah dirumuskan sehingga taraf validitas suatu isi tes dinyatakan dalam suatu koefisien validitas tes – 1,00 sampai dengan 1,00. koefisien validitas dapat dihitung dengan menggunakan teknik korelasi product momen.
rh = ( sugiyono, 2008 : 255 )
keterangan :
rh : koefisien korelasi
∑ X : jumlah skor per item
∑ Y : jumlah seluruh skor ( skor total )
n : jumlah respoden dalam uji instrumen
Untuk memberikan interprestasi mengenai besarnya koefisien korelasi, peneliti berpedoman pada.
Tabel 1.
Interprestasi Koefisien Validitas
Koefisien Korelasi Interprestasi
0,800 sampai dengan 1,000
0,600 sampai dengan 0,799
0,400 sampai dengan 0,599
0,200 sampai dengan 0,399
0,000 sampai dengan 0,199 Sangat tinggi
Tinggi
Cukup tinggi
Rendah
Sangat rendah ( tidak Valid )
( Riduan, 2004 : 98 )
3.2.2 Reliabilitas Data
Suatu instrumen dikatakan reliabel jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur objek yang sama dan menghasilkan data yang sama ( sugiyono, 2005 : 267 ). Menghitung nilai reliabelitas menggunakan rumus Alfa Cronboch sebagai berikut :
( sugiyono, 2005 : 282 )
Keterangan :
: nilai reliable
: jumlah varian skor setiap item
Si2 : varian total
K : jumlah item
3.3 Observasi
Observasi yang dilakukan bertujuan untuk memperoleh informasi secara langsung, yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti dan pencatatan secara sistematis ( sudjana, 1989 : 84 ). Adapun hal-hal yang di observasi adalah aktifitas siswa pada waktu belajar yang meliputi :
Siswa tidak mengobrol dengan siswa sebangku
Siswa tidak mengerjakan pekerjaan lain pada saat guru mengajar
Siswa membawa buku penunjang pelajaran
Siswa memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru
Siswa mencatat hal-hal penting dari penjelasan guru
Siswa berani bertanya kepada guru
Siswa berani mengungkapkan pendapat
Siswa menjawab pertanyaan guru
Siswa mengerjakan tugas yang diberikan
Siswa mengumpulkan tugas tepat waktu
Siswa tidak keluar masuk kelas
Siswa tidak membuat keributan saat guru menjelaskan materi
3.4 Teknik Analisis Data
3.4.1 Analisis Data Hasil Belajar ( Dokumentasi dan Tes )
3.4.1.1 Data Dokumentasi
Data dokumentasi dan tes yang diperoleh dianalisis dengan cara sebagai berikut :
1. Menjumlahkan skor semua siswa
2. Mencari nilai rata-rata ( mean ) dan simpangan baku ( standar deviasi )
Me = ( Arikunto, 2003 : 264 )
Keterangan :
Me : Mean ( rata-rata )
: jumlah skor seluruh rata-rata(nilai x ke-1 sampai ke-n)
n : banyaknya subjek
Keterangan :
Sd : Standar Deviasi
: tiap skor dikudratkan lalu dijumlahkan kemudian
dibagi banyak siswa
: semua skor dijumlahkan dibagi N lalu dikuadratkan
3. Menentukan batas-batas kelompok
Semua siswa yang mempunyai skor sebanyak skor rata-rata plus satu standar deviasi ( Sd ) ke atas digolongkan pada kelompok atas ( tinggi ), semua siswa yang mempunyai skor antara -1 Sd dan + 1 Sd digolongkan pada kelompok sedang, sedangkan bagi siswa yang mempunyai skor -1 Sd dan yang kurang dari itu digolongkan pada kelompok kurang/sedang ( Arikunto, 2003 : 264 )
Adapun tolak ukur tingkat keberhasilan tes adalah sebagai berikut
o Skor rata-rata 80-100 = sangat baik
o Skor rata-rata 66-79 = baik
o Skor rata-rata 56-65 = cukup ( Arikunto, 2002 : 171 )
o Skor rata-rata 40-55 = kurang
o Skor rata-rata 0-39 = sangat kurang
3.2.1.2 Analisa Data Observasi ( Aktifitas Belajar )
Data yang didapat melalui lembar observasi diberi skor berdasarkan petunjuk penilaian sesuai dengan penelitian pengamat dalam proses belajar. Penelitian tersebut berdasarkan deskriptor yang muncul ketika melakukan pengamatan dan dihitung dengan rumus :
Skor observasi setiap siswa = Deskriptor yang tampak
Jumlah maksimum deskriptor
Skor observasi total rata-rata = Jumlah total skor observasi seluruh siswa
Jumlah total pertemuan
Kemudian dibuat rentang hasil modifikasi berdasarkan banyaknya indikator(Sophuan, dalam Candra, 2005 ) yaitu disajikan pada tabel dibawah ini
Tabel 2.
Predikat Aktifitas Siswa
SKOR RATA-RATA PREDIKAT
0,81-1,00
0,61-0,80
0,41-0,60
0,21-0,40
≤ 0,20 Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Kurang Sekali
3.4 Uji Normalitas Data
Uji normalitas data ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah data yang akan dianalisis normal atau tidak, katena uji t baru dapat digunakan apabila data tersebut terdistribusi normal.
Langkah-langkah yang digunakan untuk uji t adalah :
a) Rentang ( Rank ) = data terbesar – data terkecil
b) Banyak kelas interval = 1 + 3,3 log n
c) Panjang kelas interval ( P ) =
d) Mencari rata-rata dari masing-masing kelompok data yang dirumuskan
( Sudjana, 2002 : 70 )
Keterangan :
x = rata-rata
x1 = tanda kelas interval
f1 = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas interval
e) Modus
( Sudjana, 2002 : 77 )
Keterangan :
= modus
b = atas bawah kelas modal
p = panjang kelas
b1 = frekuensi kelas modal dikurangi frekuensi kelas interval dengan
tanda kelas yang lebih kecil sebelum tanda kelas modal
b2 = frekuensi kelas modal dikurangi frekuensi kelas interval dengan
tanda kelas yang lebih besar sesudah tanda kelas modal
f) Simpangan baku / Standar deviasi :
( Sudjana, 2002 : 95 )
Keterangan :
S2 = simpangan baku / standar deviasi
x1 = tanda kelas interval
f1 = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas interval
n = banyak data
g) Menguji kenormalitasan data dengan rumus kemiringan yaitu rumus Karl Pearson dalam bentuk koefisien pearson
Keterangan :
K : kemiringan
x : rata-rata
Mo : Modus
S : simpangan baku
Data normal jika K terletak antara -1 sampai +1 (-1
3.5 Uji Homogenitas
Uji homogenitas data dilakukan untuk membuktikan bahwa sampel yang diambil berasal dari populasi yang sama. Pengujian sampel dalam penelitian ini menggunakan tes Barlett dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Varians gabungan
( sudjana, 2002 : 263 )
b. Harga satuan
( sudjana, 2002 : 263 )
c. Uji Barlett menggunakan statistic Chi Kuadrat
( sudjana, 2002 : 263 )
Dengan In 10 = 2,3026 disebut logaritma asli dari bilangan 10
Dalam sampel penelitian ini digunakan taraf nyata (α) = 0,05 dan dk= k-1 dan peluang ( 1-α ) kedua sampel dapat dikatakan berasal dari populasi yang homogen apabila x2hitung < x2tabel
3.6 Uji Hipotesis Data
Pada penelitian ini, peneliti ,menggunakan t-test dan t-tes untuk dua sampel digunakan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
( sugiyono, 2008 : 273 )
sampel berpasangan ( Related )
Subscribe to:
Posts (Atom)